Pages

May 22, 2020

Slow Life.

Just a quick update on my life.

Where I'm at : Jember.
What I'm doing: trying to get back to work after a short catch up with real life and sun ray outside.

And honestly: IT'S ONE OF THE BEST THING HAPPENS TODAY!

Aku menyadari kembali bahwa tinggal di kota kecil, dengan lingkungan yang masih banyak ijo-ijonya, beserta pasar yang *sadly* masih ramai during Covid-19 ini... menyenangkan. Harga murah, orangnya kekeluargaan, suasana menenangkan. Bisa banget reset pikiran dan berpikir lebih jernih tentang segala hal (terutama kerjaan) di sini. Faktor terbesarnya.. mungkin karena minim distraksi sehingga waktu bisa terasa lebih lama, dan bisa lebih mindful. Nggak ada TV, nggak banyak barang, nggak banyak perintilan kecil-kecil yang harusnya nggak dipikirin tapi akhirnya dipikirin simply karena tuh benda ada di depan mata kayak rumah Taman.

Aku jadi berpikir lagi... as much as I want to live in a big city, living in small city with Zen ambience like this is not bad at all. Now singing Ingrid Michaelson's "You and I".

Oh, let's get rich and buy our parents homes in the South of France. Let's get rich and give everybody nice sweaters and teach them how to dance. Let's get rich and build our house on a mountain making everybody look like ants. From way up there, you and I, you and I.

May 19, 2020

Hanya hari lain yang begitu saja.

Sebenarnya hari ini adalah definisi "just another day working from home". Selain karena ini sudah hari ke-XX (I lost count already) bekerja dari rumah akibat Corona yang makin nggak jelas (dan nggak mau tau juga sih kelanjutannya hari demi hari), tapi juga karena hari-hari sudah seperti rutinitas biasa aja...meskipun puasa. Tahun 2020 memang beda. Terakhir kali puasa di rumah rasanya 2017, jadi untuk bisa puasa Ramadan full di rumah makan makanan Mama sebenarnya hal yang patut disyukuri. Tapi mungkin karena aku anaknya memang chaotic dan sangat sulit membangun rutinitas produktif seperti bangun-meditasi-olahraga-mandi-bekerja yang terlihat sangat fulfilling seperti di instastory semua orang akhir-akhir ini, jadilah begini saja keseharianku.

Bangun jam 8.
Mengumpulkan nyawa jam 8-9.
Kerja jam 9-1.
Mandi dan istirahat jam 1-2.
Kerja jam 2-6.
Buka puasa dan sholat jam 6-7.
Lanjut kerja lagi kalau dibutuhkan jam 7-8/9.
Main sama adik/Netflix jam 9-1 malem.
Tidur jam 1-4.
Sahur dan sholat subuh jam 4-5.
Tidur lagi jam 5-8.

Rutinitas yang nggak sebenarnya ada sehat-sehatnya, apalagi inspiratif-inspiratifnya.

Sejujurnya ada yang sedikit spesial sih hari ini. Hari ini ada BPC Houseparty. Highlight-nya adalah Reza Chandika, salah satu public figure yang podcast-nya suka aku dengerin karena kocak. My fav adalah episode AFI, sumpah di kereta ngakak sendiri sampe diliatin orang. Selain itu juga karena hari ini dikirimi makanan buka puasa sama Unilever. Kerennya, meskipun aku di Surabaya ternyata dikirimi juga.... dan porsinyaaaaaa: BAKMI & AYAM BAKAR SATU EKOR dengan total hampir 150k. I wouldn't even spend that much for myself. Wallahi alhamdulillah.

Also the fact bahwa.....man, this was something I've ever dreamed of.
Pernah ada suatu masa dimana liat postingan temen-temen yang kerja di Unilever dan iri karena company mereka sangat memperhatikan wellbeing karyawannya..and now here I am.
Reflecting on my life the past 6 months, rasanya memang banyak hal yang harus di-syukuri meskipun diri ini rasanya sudah mulai jauh dari mimpi-mimpi idealis yang dulu pernah diutarakan dan diusahakan karena tenaga dan pikiran diberikan untuk perusahaan. Sekarang hidupku berkutat hanya dari hari ke hari: if I survive today, I hope I survive tomorrow too. Sungguh ways of life yang tidak benar; wild dreams are what keeps you alive...and how on earth you're slowly losing them?

Tapi yasudah, probably this is what it is.
Mungkin memang waktunya fokus untuk ngejar karir dulu dan menurutku nggak ada yang salah juga dengan ini semua? Banyak banget juga yang dipelajari di Unilever - and that's why they said "Welcome to Universitas Unilever" rather than just "Unilever".

I am beyond grateful anyway.

May 18, 2020

4 Years Apart.

Lagi bersih-bersih Google Drive kemarin malam, lalu menemukan sebuah surat yang ditujukan untuk orang yang (sangat) spesial pada masanya... untuk merayakan satu tahun menjalani hari bersama.

Dibuat pada 23 Juni 2016, tapi ternyata 23 Juli kami sudah keburu putus.
Akhirnya surat ini tidak pernah tersampaikan, karena satu tahun kami seharusnya November.
Aku memang visioner hahaha, or maybe simply drunk in love.

Posted this on Twitter yesterday night, some responded that they cried. Not something that I expected, I laughed the first time I re-read it. How is this possible that I WROTE this?

Oh anything I'd do for love~






I could really be this sweet and attentive when I fall in love, with such passion & intensity.
It takes me solid 4 years to finally say: it's his loss and never mine.

Untuk seseorang yang pernah aku sayangi dengan sangatnya saat itu, I still wish you utter happiness.
Thank you for all the lessons of loving myself, learned the hard way, all this time.