“Nak, apa hakmu membunuh manusia? Apa kau
pernah menciptakan manusia sehingga berhak melenyapkannya? Kenapa kamu hanya
membiarkan sang amarah membakar jiwamu? [...] Jangan menghina sang pencipta
dengan membutakan diri seperti itu. Kita semua sudah dibekali kelengkapan untuk
mencari jalan ‘kembali’ kepada-Nya. Kurang ajar temen, kamu berani menjadi
penentu segalanya.”
(Boma:
71-72)