Pages

June 29, 2017

Menyesal.

Halo aku habis free trial Gold's Gym di Sutos (Surabaya Town Square). Sekarang jam 22.13 di jam hp dan aku kepikiran sesuatu yang membuatku sedih.

Abis nge-gym kan capek ya, jadi jalan dikit capek bungkuk capek, apalagi kebetulan hari ini naik motor kan jadi selama perjalanan kudu duduk tegak gitu. Nah terus tadi di parkiran pas aku nunggu adekku ngeluarin motor aku main hp ceritanya eh tiba-tiba ada gitu mas-mas gak jauh dari aku ngeluarin motor juga tapi dia sendirian nggak ada temen. Terus ada suara "klontang-klontang" gitu kayak panci jatuh kan w kaget yak. Ternyata masnya mundurin motor ga sengaja tanda tulisan "PARKIR"-nya kesenggol dan jatuh trs itu berat. Aku otomatis noleh kan. Untungnya masnya ga kena tapi kan karna dia nggak ada temen jadi repot dia harus turun, benerin palang, naik motor lagi......sedangkan aku............hanya terdiam disana, noleh 5 detik, dan BERPALING......hanya karna aku males bungkuk bantuin berdiriin palang dan udah asik sama hp.

Mungkin ini kenapa semua orang bilang aku egois...karna pada akhirnya, Bethari akan selalu memilih pilihan yang tidak menyusahkan dirinya.

Why bethari why......

June 24, 2017

Integritas Bullshit.

Jadi beberapa waktu lalu ada sebuah pelatihan persiapan KP yang wajib dihadiri oleh semua mahasiswa TI/MRI. Ada satu sesi dimana coach-nya menjelaskan bahwa di dunia profesional ada satu hal yang, bagaimanapun, harus tetap kita jaga. Dan tiba-tiba, disuru aja aku yang menceritakan apa nilai hidupku.

"Hmm, yang jelas integritas, kayak misal kejujuran, ya dll pasti tau lah. Integritas kan sebenernya melakukan hal yang benar meskipun orang lain nggak melihat. Jadi ya intinya melakukan hal yang benar apapun keadaannya."

And that moment I just realized that aku udah nggak pantes lg ngmg kayak gitu. Sampe akhirnya aku tambahin.

"Meskipun , ya saya kadang-kadang juga masih melakukan hal-hal yang nggak mencerminkan hal itu, tapi ya, saya berusaha."

Sebuah pembukaan, aku benci sm ketidakadilan. Loh ko ganyambung? Oke maksudnya, adil bukan berarti sama, tapi setara. Kita mendapatkan apa yang seharusnya kita dapatkan. Let's say nyontek. Menurutku nyontek adalah sebuah ketidakadilan, karna nyontek itu artinya ga adil karna ga setara. To be clear, kita mulai dengan asumsi kita ada di tingkatan yang sama. Tidak ada yang lebih atas atau lebih bawah. Kalo nyontek, keadaan jd nggak setara karna kamu dapet kelebihan sedangkan aku enggak, padahal keadaan awal kita sama.

Contoh adil menurutku adalah misal, related to my experience, ujian Sisprod TI Akhir bersama Bu Rachma diperbolehkan buka slide materi, sedangkan TI Awal bersama Pak Anas nggak boleh. Meskipun ujian kita soalnya sama, keadaan ini menjadi adil karena keadaan awal TI Awal dan Akhir di tingkatan yg berbeda (TI Akhir hampir nggak pernah diajarin materi) sehingga keadaan adil bukan berarti TI Awal dan Akhir mendapat perlakuan yang sama, meskipun dalam hal ini, subjeknya sama.
Back to topic.

Aku benci orang yg nyontek karena itu artinya nggak adil. Ya bayangin, aku belajar semalem nggak tidur dan kamu dengan mudahnya lihat hp like.....do you even realize what you're doing? What I hate most adalah, karna banyak anak pintar yang nyontek. Sebuah ironi ya, iya. Ya, mungkin, mereka ingin menjaga nilai mereka sampai harus nyontek. Bisa jadi hipotesisku salah tapi ..... hei, kalian pintar....kenapa nggak pake otak kalian yg pinter ajasi??? Kayak aku aja nggak pinter tapi berusaha jujur gitu. Kalo kalian yang pinter aja nggak pede sm kemampuan sendiri gimana aing woy?! And what I'm talking about here is not only about grades. Maksudnya....aku mengejar nilai (I mean...who doesn't? Se-tidaksetuju-nya kamu dengan pernyataan bahwa kamu sama sekali tidak mengejar nilai saat kuliah adalah omong kosong, kamu punya tanggung jawab untuk memenuhi ekspektasi orang tua kan). Tapi, kuliah bukan tentang nilai, dan nilai, dan nilai, dan nilai. Fakta bahwa masih banyak anak pintar yang nyontek membuat aku sedikit kecewa karna menunjukkan bahwa bahkan, orang yang dianggap paling mumpuni dalam membenahi negeri ini dengan kepandaianya... ternyata mental anti-nyonteknya lemah juga. So...just how can I trust them not to corrupt later then if someday they become the so-called strategic stakeholders like they've always wished for?

Tapi akhir-akhir ini aku menyadari ada yang lebih aku benci dibanding anak-anak yang nyontek itu: the fact that I am slowly becoming one of them.

Iya, aku nyontek,
I could say... semester 6 sangat.menguras.tenaga.dan.pikiran.dot.com......dan entah bagaimana ceritanya seorang Bethari yang sangat menjaga integritas waktu SM, akhirnya kalah juga di semester 6. Sungguh memalukan. Dan menyedihkan. Saya mengakui.

Baru semester ini aku dengan sungguh berani nggak naro hp di tas waktu ujian dan malah naro di kantong, donlot semua materi, dan kucing-kucingan sama pengawas supaya nggak kelihatan kalo buka hp. Dan bukan cuma itu aja, aku dengan beraninya bikin cheat sheet di post-it kecil2 yang isinya materi dan rumus meskipun nggak boleh bikin cheat sheet at all. Belum lagi rencana untuk beli likes demi mengejar like terbanyak dan dapet bonus nilai........Sungguhan Beth, WHAT WAS ON YOUR MIND? HOW COULD YOU BE SO......DIRTY......AND HUMILIATING?

Apa yang ada di pikiranmu Bethari sampe kamu harus kucing-kucingan sama pengawas biar ga ketauan nyontek? Sampe kamu curang bikin cheat sheet? Sampe kamu mau-mau aja disuru cari olshop yang jual likes youtube.....hanya demi bonus nilai... Kemana integritas yang kamu bangga-banggain bethari kemana....................

So I thought that's why I adore Hanna, this same girl I wrote about some time ago. Dia sungguh.....hebat. Like, dikelilingi orang-orang yang constantly force her to give her principle up, but she stands still. Nilai bagus, soft skill jalan, anaknya baik, dan benar-benar berintegritas. Did I mention bahwa suatu hari Aya pernah makan gado-gado nggak habis dan Hanna bilang "Ay, habisin makanannya. Uang itu punya lo tapi sumber daya itu punya semua." dengan tegas. AND THAT'S MY GURL. Aku selalu setuju dgn pernyataan itu tapi selalu dont have the gut to say it straightly to someone yang nggak ngabisin makanan, apalagi yang akrab karna takut menyinggung.

So my closing would be: If you feel offended then I'm deeply sorry....but not anyone's fault if we got a different way of thinking, kan? Semoga di malam takbiran ini kita semua bisa introspeksi diri aja. Anyway, selamat lebaran dan semoga kita dipertemukan dengan ramadhan berikutnya ya. Aamiin.

June 19, 2017

Ngaca Dulu Ya, Plis.

OK MAU CERITA.

Beberapa hari yang lalu aku ke Sun City Sidoarjo. Sesungguhnya ini adalah hari yang bersejarah, karena ini adalah kali kedua aku menginjakkan kaki di mall Sidaorjo setelah hidup dan tidur di atas tanah ini dan makan dari sumber daya kota ini selama.....16 tahun!!!!!
Mind-blowing gasi? Okeh biasa aja. Aku nonton Wonder Woman dalam rangka menghibur adeku biar move on dari hasil SBMPTN-nya (gilak w sebenernya kakak yang baik bgt gasi) dan BTW, GAL GADOT CANTIK BGT OYYYYYYYY:(((( lalu aku ingin memberi tahu bahwa di Sidoarjo nggak ada lah itu 21, XXI, atau CGV hehe....adanya suatu bioskop bernama Platinum. WKWK (jahat). Ya bolehlah masih mending ada bioskop kan mumpung lebih murah juga.

Karena selama 16 tahun ini mainku selalu di Surabaya, walhasil aku bertugas menyetir dan adekku bertugas navigator. (Nah ini baru cerita intinya mulai).
Pas pulang, seperti waktu berangkat, berbekal google maps yang macet dan otak wanita yang tidak diciptakan untuk menghapal jalan, aku dan adekku beberapa kali hampir salah jalan.....sampai akhirnya tibalah momen ini.

A = aku
I = iyak

A : Heeee ayo cepet ini mau kanan apa kiri. Rambu-rambunya bisa dua-duanya.
I : Haduuuh, google maps-nya lama iki looo.
A: Haduuuh lamaaa. Yauda kanan ya (terus ngarahin setir ke kanan).
I : Heee kiri-kiri
A : HEEEEE, kadung kanan ayo cepet mana yang bener (ngarahin setir ke kiri)
I : Ehhhhh, kanan-kanan. Eh gatau se ini loh ga jelas
A : Haduh yawes kanan aelah terlanjur iki (sambil belok kanan lagi tapi mepet-mepet bahu jalan)

Tanpa kami sadari, ternyata di belakang ada sepasang suami-istri yang lagi naik motor dan tiba-tiba ngerem mendadak.....dan bilang


"HE. NYETIR SING BENER!
DITABRAK TRUK SUKUR KON!"


Dan aku.....................TIDAK MUNGKIN TERDIAM.
Buset gaada ceritanya Bethari diginiin dan diem aja.

Pernyataan 1: Nyetir sing bener! (Nyetir yang benar!) 
--> bisa diterima, karena memang aku mengakui kalo aku nyetir ngga bener karna belok-belok kanan-kiri.

Pernyataan 2: Ditabrak truk sukur kon! (Ditabrak truk tau rasa kamu!)
--> sama sekali tidak bisa diterima KARENA NGACA BUK, PAK, PLIS. Anda jahat sekali ya doain saya ketabrak truk karena saya nyetirnya ngga bener (padahal emang gatau jalan dan udah nyalain lampu sein, meskipun at some points ini mengandung pembelaan sih), TAPI ANDA BERDUA SENDIRI NGGAK PAKE HELM, BAHKAN CUMA PAKE DASTER DAN CELANA PENDEK AJA DI JALAN RAYA YANG BANYAK TRUK GINI? Kesenggol truk apa kabar itu kepala sama badan bapak ibu sekalian? Apa nggak tinggal nama aja sama kain tipis bekas daster sama celananya?

Akhirnya aku suruh adekku teriak: 

"Mending saya masih nyalain lampu riting (sein) ya,
DARIPADA BAPAK NGGAK PAKE HELM!"

Bapaknya terdiam, dan aku puas. Banget.

Oh hello, this is the problem in our society. Sebelum doain yang ga bener, ngaca dulu ya guys. Plis. Daripada jilat ludah sendiri karna kena skakmat kan malu ya.
Aku ini nggak peduli umurmu berapa, kalau kamu salah dan udah kelewatan (jujur ya w sakit hati banget didoain ketabrak truk ya Allah salah gue seupil didoainnya ketabrak truk) ya akan kulakukan apa yang menurutku benar untuk menyadarkanmu, meskipun kadang dengan cara yang kurang sopan, if you consider what I just did impolite.

Jadi, faidah dari post ini hanya mengeluh, dan mencurahkan sakit hati, dan in any ways in case kedua bapak ibu itu datang membaca blog ini, saya minta maaf kalo kurang sopan dan semoga hidupnya bahagia dan umurnya berkah. Akhir kata, saya mau rajin ngepost kayaknya abis ini semoga tidak wacana ya dan kamu tidak bosan aamiin (kayak ada yang baca).

June 9, 2017

In My Funeral.

Salah satu pertanyaan yang jawabannya sangat ingin aku tau adalah siapa yang akan datang ke pemakamanku.

Siapa yang akan berduka atas kepergianku. Siapa yang akan sedih ketika aku dikuburkan. Siapa yang akan menangis ketika menyadari bahwa aku tidak akan pernah lagi ada di kehidupan mereka.

I am nobody's favorite. Semua yang aku lakukan tidak pernah menimbulkan decak kagum banyak orang. Kehadiranku tidak pernah benar-benar ditunggu banyak orang. Dan ya, aku sepenuh ya sadar bahwa aku tidak sebegitu berartinya bagi banyak orang hingga mereka akan rela terbang ke Surabaya untuk mengantarkanku.

Sayangnya aku ini ya cuma aku, yang takut akan pelupaan, tapi tidak tau bagaimana caranya agar tidak dilupakan.

June 4, 2017

Baggage.

One of the hardest feeling during farewell is realizing that once a person gone, sometimes it's not only their presence which goes away, but the habit we brought up with them, and them only, as well. And isn't it heartbreangly heartbreaking?


***

I am a memory keeper. I freeze moments, I keep feelings, I remember dates and I do them all unintentionally, unconciously, It just happens and I am grateful for it, like I need no particular notes to write important dates down cause it's locked already in my brain. But sometimes, it does kill me.

The first days after parting ways, I am usually a total wreck and crying too much over the simplest things. Funny how much I realize, the strong Bethari I have always wanted everyone to see me as, is now crying over tiny bity stuffs, for example: a boy. But I was. What kept me, obviously, was my photographic memory. The world itself became an utter melancholy at sudden. Everywhere I go, they left the traces. Everything I do, the last time was with them. Things got worse because I got used to whatsoever things we did together and not anymore but life had to go on, regardless. I got healed but never forget. Yet somehow, it's wonderful tho to have something left behind.

I used to watch How I Met Your Mother, which turned out myself liking it, because someone introduced it to me and it became part of our topics to talk about. Then I stopped at Season 6 since we broke up and I thought why on earth I kept watching it nobody would pop out to my face talking about it anyway. Then I used to spare 3-4 hours every night since we both love stars, with jackets on cause we would probably just go strolling around the city and I was still the girl who lost the battle against the cold midnight weather. And not anymore because he left.
When I was in junior high I used to steal my sister's novels, read them in a rush, and put them back on the shelf secretly. Then my sis went to college out of town and I stopped doing that. I also have a thing with bear dolls, have one in my house call it 'Cemong'. It's my younger sis' actually but I love it just as much. We played almost every night and by playing I mean I talked to Cemong like it's alive and it could reply me (even it was actually me making silly voices). Then I went to Bandung and no more talking to Cemong (or basically any dolls) again ever since.


I mean, isn't it sad when you kinda 'generate' a signature thing with whatever stuff you're doing with your life then one day you just kinda....stop and pack everything up just because it is no longer like it used to be?

June 1, 2017

A Life Not Lived.

I had two days well-spent last week in Jogja with my ultimate best friend in high school, Caca. The second day, we went to Gembiraloka Zoo and I have to say, the zoo was pretty damn good and organized (compared to Surabaya and Bandung --as if I have visited the Bandung one, well but). There was once a moment we came across the beaver's pond.

I have always been a fan of a happy-go-lucky, spontaneous, unplanned, careless, carefree life. A series of 'you only live once, own it, make the most out of it' kinds of things. I hate choices, because I don't like to pick, I want to experience all of them, learn in any ways. Seeing beavers wandering around their pond, their territory, looking happy, go here grunting and there barking, now with A and minutes later with B, all the carefree life they could care less about what to do next, what happens next, et cetera et cetera that I finally said,

"Enak ya jadi berang-berang. Hidupnya bahagia, nggak perlu mikir besok makan apa, mau ngapain, apa kata orang yaudah tinggal hidup aja. Lagi main-main gini mereka mikir sesuatu nggak ya?"

Moments later we came across the bear cage. Oh have you heard that heartbreaking news about 'Beruang Madu di Kebun Binatang Bandung Kelaparan hingga Makan Feses Sendiri' stuff? I saw the video on YouTube the other day and joined the petition. They were (maybe still are) SO HEARTBREAKINGLY THIN. If anything, anorexic. You might wanna check. Here in Jogja, the bears are in good hands. But still, they showed the 'standing up' thing that people love in the hope that they will give them another food (my assumption, but hey, the bears did that a lot so let's call them always-hungry bears). And  also still, people keep throwing foods or snacks, nuts to be clear, so yeah back to topic. Caca suddenly said,

"Kasian ya mereka. Kayak menggantungkan hidup mereka pada orang lain, nungguin orang ngasi makan ke mereka....."

And that got me. A lot.

Sometimes I hate my life.
I hate my life with a thousand choices in it. I hate my life for having to choose one of them. Moreover I hate my life for having to accept the consequences of that one choice.
Then I hate my life with lots of consideration in it: what to wear, what to accomplish, where to go, how to do, the list goes on. I hate my life that it doesn't have a fixated path I can easily follow without second guessing. After all, I hate my life because all depends on me, the careless me.

But then again, I have options, and the bears don't.