Pages

September 28, 2017

PMS, Ugh.

Iya, maksudnya Pre-Menstrual Syndrome. Aku yakin kita sudah dewasa jadi rasanya nggak perlu sensor-sensoran lah ya?

Aku mens pertama kali 6 Juni 2010, kalau nggak salah. Kelas 7 SMP. Sejak itu sampai kuliah sekarang ini, alhamdulillah, nggak pernah ngerasain yang namanya sakit perut sampai guling-guling nangis-nangis. Pertamanya, aku kira ini bukan sebuah berkah karena ya dulu aku kira bedanya antara mens dan nggak mens cuma keluar darah atau enggak which means, PMS adalah fana. Ternyata, salah. Tetot.
Ternyata, ini adalah sebuah berkah, saudara-saudara! Karena sejak itu, ternyata banyak juga wanita kurang beruntung di luar sana yang kalau lagi mens suka sakit perut yang sakit banget. Katanya rasanya kayak pingsan, sampai guling-guling dan nangis-nangis saking sakitnya. Mungkin yang dibilang cowok-cowok kalo cewek lagi PMS suka emosional, selain karena ada perubahan hormonal, mungkin karena sakit ini jadi lebih sensitif kali ya jadi dikit-dikit ngamuk? Entah. *teori sotoy
Agak kontradiktif, aku.....sama sekali nggak pernah sakit perut kalo mens. Sebenernya ya itu tadi, nggak ada bedanya pun aku lagi mens atau nggak. Katanya lebih emosional? Ya aku mah mau lagi mens atau nggak kalo lagi bete ya bete, marah ya marah, nangis ya nangis. Hehe, kadang sampai sekarang masih bingung: sebenarnya aku ini wanita atau bukan???? Anggun enggak, kayak preman iya. Tapi jadi belajar juga sih. Ya gini nih hidup, hal nggak ngerasain sakit perut kayak gini yang dikira nggak penting ternyata diidam-diamkan semua orang. Hehehe.

EH,
semua berubah sejak negara api menyerang. Mungkin sejak kuliah tingkat 3 kali ya dimana beban kuliah udah terlalu berat untuk dipikul, aku jadi mulai merasakan bahwa PMS itu nyata adanya. Alhamdulillah, masih nggak pernah sakit perut. Tapi.....perubahan hormonal ini ternyata benar-benar ngefek di banyak hal ya?
Yang paling jelas: mood swing. Lebih sensitif not in terms of anger, lebih ke perasaan ingin menjauh dari orang-orang. Makin kerasa kalau mood bisa berubah dalam hitungan detik. Tiba-tiba suka sedih banget, nggak tau penyebabnya tapi ya disambung-sambungin bisa lah ya. Disenggol memori dikit udah nangis, disenggol humor receh dikit bisa ketawa, dan jadi nggak mau di kerumunan banyak orang. Bagian ini bagus sih, paling nggak aku akhirnya punya me time tanpa merasa bersalah. Tapi rasanya, bagian buruknya kok lebih banyak *cry.
Hari ini salah satu contohnya. Ada syukuran LSP atas peresmian lantai baru (literally lantai ubin, bukan tingkat bangunan) yang dari dalam hati sebenernya juga masih bingung, apakah renovasi ini sampai perlu dibikinkan syukuran khusus, meskipun harus tetap disyukuri bagaimanapun keadaannya. Ada dua tumpeng plus lauk ayam goreng, perkedel, kering tempe, telur rebus, dan urap. Tebak aku habis berapa piring!

Dua? Bukan.

TIGA? BETUL.

TIGA PIRING. That's a LOT for a girl, ya nggak sih? Pertamanya aku mencoba bodo amat, namanya juga orang laper. Lama-lama jadi sadar, ini teh bukan laper, ini teh kalau nggak stres ya oportunis. Meskipun aku cukup oportunis, I know my self. This is not the opportunistic side of me. This is my stressed side. Oh nope, this is my PMS side.
Iya, hari ini aku benar-benar menyadari kalau PMS ini efeknya luar biasa. Meskipun dari pagi udah menyiapkan space di perut buat tumpeng, akupun nggak menyangka kalau akan habis 3 piring. 3 DAMN PLATES. Huge number, bro. Belum lagi, udah tau masih kenyang dan berniat nggak makan. Pulang rapat IECOM, Tias ngajak ke Kuro dan pertahanan diri ini goyah. Dan setelah ditelusuri, nafsu makan kuli ini ternyata udah dari hari Senin. PMS, kamu menang! Sungguhan, kenapa tiba-tiba jadi super sensitif sama perubahan hormon ini ya? Kenapa baru sekarang menyadari kalau nafsu makan ini tiba-tiba bergejolak karena PMS? Kemana aja Bethari buset........

Eh bentar.......Atau malah....sebenernya ini sugesti aja?

Entah. Yang jelas.....aku jadi bertanya-tanya. Nanti kalau w hamil, apakabar bentuk badan w ya......

Semoga nggak kayak plembungan :(

No comments:

Post a Comment