Barusan bgt telfon sama Tika (Kartika Wensdi), temen SMP-ku dulu. Masih satu SMA sih di Smala. Penyebabnya?
"Bet, pendaftaran Pengajar Muda sudah buka. Kamu masih pengen daftar nggak?"
Dang.
Rasanya aneh: menakutkan sekaligus menenangkan. Kayak sekarang aku lagi melayang terus tiba-tiba disadarkan: helo helo, yuk turun dulu yuk sini ingat kamu tuh punya keinginan ini lohh dari dulu.
Entah kenapa, semesta (ceilah) lagi mau ngajak aku bermain-main akhir-akhir ini. Dua tahun lalu aku hampir (HAMPIR) daftar PM. Udah nulis beberapa esai dan mau konsultasi sama Tidar tapi akhirnya nggak jadi karena....aku memilih kerja dulu. Now that I'm on my 2nd year working at corporate... I start to think if THIS is what I really want to do the rest of my life. What if it is NOT? But what if it actually IS?
Jawabannya cuma satu: nyoba.
Masalahnya, berani nggak?
To be frankly honest, BANYAK banget pertimbangan yang aku rasakan untuk sekedar daftar PM sekarang. I mean...the opportunity cost? *Cry in the corner* Jujur gamau munafik tapi ya gamau sombong apa gimana juga (semoga tidak di-perceive sebagai sombong jg ya), UFLP adalah (mungkin) kasta MT tertinggi dari MT-MT program yang ada. Helooo? It's FMCG (a hundred-years-old field yang most likely akan less likely untuk bangkrut karena barangnya selalu dibutuhkan). Kedua, it's Unilever. I mean...dude??? Siapa yang gatau Unilever dan siapa yang nggak pengen kerja di Unilever (it's my dream company too in college). I bet kita semua PASTI pernah make brand-brand ULI kan (Rinso, Sunlight, Pepsodent, Lifebuoy.... banyak bgt kak). Ketiga, JUJUR. Gaji dan benefitnya......huhu. I don't come from a wealthy family with a safety net. Bahkan bisa dibilang, keluargaku cukup kekurangan juga. Dan gaji ini akan sangat bermanfaat untuk aku nabung dan ngasi ke orang tua. Jadi to give up the salary and the benefits itu pertimbangan yang HARUS banget dimasukin sebenernya. Keempat, giving up UFLP meaning giving up the quick path to becoming a manager (Meskipun sebenernya.... aku pengen jadi manager di Unilever beneran atau enggak sih? Gimana kalo sebenernya all my skills akan lebih bermanfaat kalo aku nggak pake di Sales & Marketing ULI tapi untuk bidang lainnya?)
But then again... jadi Pengajar Muda itu mimpiku sejak SMP. Artinya, aku sudah menghabiskan setengah hidupku jadi pemimpi and that's a long commitment and the desire doesn't come less tempting. The idea of becoming masih bikin hatiku penuh dan menggebu. Masih bikin aku nangis tiba-tiba di Gojek kalo tiba-tiba keingetan. Masih bikin aku TETAP bermimpi.
Jadi Pengajar Muda juga masih salah satu cara yang bikin aku bisa berkontribusi secara tangible terhadap issue yang SELALU menggelayuti pikiranku: PENDIDIKAN. Isu ini dekat banget sama aku. Dekat banget. Gatau kenapa, I just can't help not getting triggered talking about this issue, karena akan nyambung ke isu lain yang sama pentingnya: Accessibility, Representation, Equality.
- Accessibility: aku bisa dapat apa yang dapatkan sekarang karena aku BERUNTUNG lahir di kota besar sehingga akses utk mendapatkan pendidikan berkualitas terbuka lebar. Aku masuk Spensa sehingga aku masuk Smala sehingga aku masuk ITB sehingga aku masuk ULI. Apakah aku yakin kalau anak di desa terpencil dikasi nutrisi dan akses yang sama kayak aku maka aku nggak akan tergeser oleh mereka? Oh tentu tidak.
- Representation: selama ini aku berpikir, kenapa I try so hard to survive in UFLP? Oh yes, karena nggak pernah ada anak Surabaya di UFLP (at least as far as I know) sebelumnya. Terus kenapa? Karena kalau aku stay, adek-adek kelasku dari Surabaya akan melihat aku sebagai contoh bahwa anak Surabaya bisa sehingga mereka merasa: MUNGKIN AKU BISA JUGA. Mereka jadi berani bermimpi.
- Equality: gimana kita bisa tau mana yang terbaik untuk kita kalau kita nggak dikasi kesempatan yang sama? Dalam hal gender, ekonomi, pendidikan, dan lain-lain.... Think about it.
Di masa kebingungan kayak gini.. aku jadinya selalu bertanya lagi sama diriku. Udah tau pengen jd PM, ketika waktunya sudah pas.... kok ya aku masih tetep gamau daftar? Niat nggak sama keinginan jadi PM sebenernya? Maksudnya, aku daftar 2 tahun lalu, sekarang, atau 2 tahun lagi ketika sudah lulus UFLP pun nggak akan ada bedanya kan? Aku akan selalu punya hal lain yang aku rasa "lebih penting untuk jadi prioritasku sekarang" dibanding jadi PM. Ya karena....manusia kan gapernah puas!!! Huf...
Tapi entah kenapa... yang kali ini rasanya kok banyak tanda:
- Tiba-tiba cukup "deg" ketika lihat Pendaftaran PM buka lagi. Padahal dalam 2 tahun terakhir sudah agak 'menutup pintu" karena oh mungkin belum skrg waktunya jadi PM, aku mau fokus karir aja dulu'. Tapi kok kayak.... jadi banyak ter-ekspos.
- Ngobrol sama Dee di Pantai Petitenget Senin lalu dan... merasa sangat ter-encourage untuk go for it. Go for something I've dreamed of long time ago. Go for something I am always afraid to do.
- I have a close friend yang barusan pulang dari PM Musi Rawas.
- Tika tiba-tiba ngechat tentang PM. Padahal dia tau aku pengen jd PM dari lama tapi dia baru nanyain aku SEKARANG.
Ya aku juga ngga tau sih ini tanda atau ngga. Toh kalo daftar juga belum tentu lolos dan berangkat (it's a looooong way to go dari pendaftaran, seleksi, pelatihan, sampe akhirnya beneran berangkat ke penempatan). Tapi mungkin... MUNGKIN.... memang sekarang saat yang tepat untuk YAUDALAH GO FOR IT. Terus kenapa kalo nggak UFLP? Terus kenapa kalo ga dapet gaji gede lagi setahun? Kenapa?
Gimana kalo ternyata ini memang sesuatu yang akan bikin kamu berbunga-bunga setiap harinya? Beneran mendekatkan kamu ke mimpi untuk bangun sekolah-sekolah di daerah terpencil? Gimana kalo kemampuan kamu memang akan lebih dibutuhkan disini daripada di Unilever?
Gimana kalo Allah membuat kamu nggak daftar PM 2 tahun lalu karena Dia ingin kamu masuk Kantar, supaya kamu masuk Unilever, supaya kamu pernah ditempatkan di Medan untuk merasakan hidup sendiri, kerja sama orang-orang yang lebih berpengalaman, dengan segala pressure yang ada, sebagai pengalaman berhargaku yang bisa aku bawa sebagai PM?
Hmffh... mungkin jalan satu-satunya untuk menjawab semua pertanyaanku di atas emang cuma satu: daftar aja.
Tadi di call Tika tanya, sebenernya tujuanku ikut Pengajar Muda apa?
- Panggilan hidup?
- Membuktikan sesuatu?
- Sesimpel lagi mau keluar dari duniaku sekarang?
I think it is and has always been no 1.
It has always been my calling and that's why I never get tired of dreaming it even 12 years later.
Aku ada di sini karena banyak orang ngebukain pintu buat aku. Dan aku ingin ngebukain pintu untuk orang lain supaya mereka bisa bukain pintu untuk lebih banyak orang lagi. Aku ingin membuat anak-anak di daerah terpencil itu melihat dunia yang lebih luas dan berani bermimpi. I am here because of my dreams and I want them to get them where they want to be because of their dreams.
Bismillah. Kalau niatnya baik, Allah yang akan bantu selesaikan.
PS: I just read Tidar's note titled
Catatan Syukur Pengajar Muda and I almost shed a tear. Huhu ya Allah bismillah, kalo memang jalanku insyaAllah nggak akan tertukar.