Pages

July 8, 2017

What In Life Am I Thriving For.

Apa yang aku perjuangankan di hidup ini aih ya sebenernya. Kadang aku bingung. Kenapa aku menjalani apapun yang aku jalani. Kuliah di jurusan ini dan tiap malem ngelihat tugas banyak, nguli, susah. Padahal aku sendiri yang memilih jurusannya, apalagi matkulnya. Kenapa aku harus mengeluh sesering itu? Kenapa aku memilih ikut kegiatan A bukannya B, padahal selama ini B yang aku inginkan. Kenapa harus membohongi diri sendiri? Demi apa? Untuk siapa?

Kayak, sering gitu aku mikir. Apalagi kalo udah mulai stres tugas atau mikirin kehidupan habis kuliah. Apalagi kalo mikirin pernah ada suatu saat H-1 ujian aku bikin cheat sheet (dimana nggak diperbolehkan cheat sheet) bahkan mikirin trik buka HP yang ga ketauan pengawas. Kayak.....Kenapa beth, kenapa? Apa yang mau kamu capai sampai harus nyontek, sampe harus kucing-kucingan sama pengawas? Terus pernah kepikiran suatu hari ingin pergi aja dari rumah dan segala kehidupan yang aku jalani untuk sasat ini. Bukan kabur, tapi sejenis.....mencari. Tapi aku juga nggak tahu apa yang hilang. Why whatsoever-it-is has to force me to make mind up about anything this soon when I myself barely know what I want, who I am.

Apa yang aku kejar sebenernya?

Sejak beberapa waktu yang lalu aku mulai menyadari, bahwa kuliah adalah sama sekali bukan tentang penurunan ilmu teknikal dari pendidik (dosen) pada terdidik (mahasiswa). Kuliah adalah sebuah pendewasaan pola pikir. Mungkin nggak sepenuhnya benar, dan aniwei baidewei busway, kalian nggak perlu setuju sama pendapatku di atas juga sih. Mungkin pernyataanku itu cukup ambigu juga, bisa jadi cuma sekedar validasiku atas nilai-nilaiku yang mulai jeblok, target-target akademikku yang mulai tidak tercapai, dan wishlists-ku yang sama sekali tidak akademik yang semakin panjang.

Aku selalu merasa aku adalah orang yang bersih, sampai tiba saatnya aku di semester 6 yang membuatku aku sama sekali nggak layak dibilang bersih. Aku kotor. Otakku udah nggak bisa diajak mikir bener, which means, ada hal lain yang aku kejar yang membutakanku dari yang baik dan yang buruk, dan terutama, dari yang BENAR dan dari yang SALAH.
DAN AKU TIDAK TAHU ITU APA.

I CANT PICTURE MYSELF IN THE FUTURE AS WELL.

Suatu hari aku pernah membayangkan diriku pake blazer dan rok kain khas wanita karir, living a monotone life everyday. Bangun, siapin makan buat keluarga, kerja, pulang, tidur, on repeat. Tapi kemudian aku lihat video TedTalk tentang travel life dan my heart screamed THIS IS WHAT I WANT IN THE FUTURE. Like, THIS.

Hingga saat ini, aku nggak tau apa yang akan aku lakukan di hidupku setelah ini. Tapi dari lubuk hati yang paling dalam, untuk saat ini, aku tau, bahwa keinginanku yang sering tiba-tiba muncul untuk menjadi wanita pekerja dengan jenjang karir yang terjamin ini, hanya sekedar untuk UANG. Untuk hidup yang nyaman. Untuk hidup yang mudah. Untuk hidup berkecukupan yang selama ini tidak benar-benar aku rasakan.
But I never want easy.

I have a nonsense tendency to only want the things that are difficult, things uncommon, things normal people won't do. But maybe we all are, in the end. I want something worth more than piles of pennies. I want a life fully-lived, I want meaning.

Bukannya aku bilang menjadi wanita karir tidak bermakna, tapi...bukankah apa yang kita jalani seharusnya mencerminkan apa yang kita inginkan?

Suatu hari aku pernah bilang:
"Aku nggak bisa bilang profesi impianku dalam satu kata. Pokoknya di masa depan, aku pengen keliling Indonesia, atau dunia, melakukan apapun yang bisa aku lakukan untuk membantu mereka. Misal hari ini aku di Sorong bikin program ngajar, kalo programnya udah mandiri nanti aku pergi ke tempat lain misal bikin program air bersih. Gitu terus sampe aku udah nggak sanggup lagi muter-muter."
Dan mendapat respons:
"Tapi mbak, ada batasannya. Mbak kan wanita, jadi kasian suami atau anaknya kecuali kalau memutuskan untuk nggak berkeluarga dulu. Kalo kayak gitu kayaknya harus ada yang dikorbankan salah satu, either milih keluarga atau ya milih muter-muter."

Dan sejak itu aku jadi mikir........if the only thing I truly desire and believe is something people hesitate, salahku atau salah mereka? Mimpiku yang terlalu idealis atau pikiran mereka yang terlalu sempit? Lalu apa sebenarnya yang harusnya aku perjuangkan di hidup ini pada akhirnya?

No comments:

Post a Comment