Sebelum menutup hari ini, aku sedikit 'memaksa' diriku untuk nulis tentang perjalanan hari ini yang cukup....... bermakna.
Pagi tadi aku berangkat ke Jakarta. Sudah aku niatin sejak dari Bandung kalo nanti mau ngerjain lomba Studentpreneur (semoga lolos ya Allah, aamiin) nanti waktu udah liburan even if it means I need to travel all the way from Cileungsi to Jakarta. Provided that Imma real explorer (HEHE), ya yang rempong-rempong menggairahkan penuh petualangan gini masak mau w tolak sih.
Bethari is always up to a new experience, new adventure. Keep that in mind.
Berangkat dari Cileungsi jam 7.30an, ran some errands here and there, tibalah di Stasiun Bekasi dan naik kereta yang berangkat kurang lebih jam 8.30an. Aku naik kereta komuter Bekasi-Jakarta bukan baru kali ini ya, ini kali keduaku. Kali pertama I would say nggak separah hari ini. Pertama karena waktu itu nggak sendiri (tapi sama Nik sekeluarga jalan-jalan ke Kota Tua). Kedua karena desek-desekan di keretanya masih manusiawi. Yaps, hari ini aku sendiri which means aku harus belajar pake kartu-kartuan khusus KRL gitu. Yah seneng-seneng aja sih karena mau nggak mau emang harus belajar pake kartu ini. Siapa tahu masa depan w juga di Jakarta yang harus station hopping gini buat ke kantor (AH, pgn jadi wanita karir tapi jg pgn jadi wanita alam). Akhirnya tadi beli tiket alias kartu dan jadi ngerti sistemnya sih. Jadi kita beli kartu seharga 10.000 aja untuk jaminan. Kalau kita berhenti atau ngembaliin kartu di stasiun yang sama dimana kita beli, uang jaminan itu akan dikembalikan. Harga tiketnya juga murce cuma 3000 sekali jalan dari Bekasi ke Jakarta Kota (NO WONDER penumpangnya sampe desek2an mo matiiii). So tadi aku beli kartu THB (in which I forget what it stands for), bayar 13.000 dari Bekasi ke Cikini, lalu kartunya aku simpen. Di Cikini aku top-up kartu 3000 buat ke Bekasi, lalu sampe Bekasi aku tuker lagi kartunya dan dapet 10.000.
WOW LALU AKU BARU SADAR.
Hari ini aku menjelajahi tiga kota sekaligus ya: Bogor, Bekasi, Jakarta #faktapenting. Hehe.
Ok sekarang bad part-nya ya. OH HELL, let me tell you. JGN NAIK KERETA YG GERBONG KHUSUS WANITA. Geez, seriously I will not ever step on that any longer. Judulnya boleh gerbong wanita, isinya bokkk monster. Hiy. Ya biasalah ibu-ibu. Keinjek dikit protes, kegencet dikit protes, ngerem dikit protes...hadeeeuh. Namanya kereta itu ya begitu ibuk-ibuk. Kalau ngga mau desek-desekan ya jangan ambil kereta. Parah, desek-desekan hari ini sangat p a r a h. Bener2 desek, nggak ada ruang buat gerak kaki bahkan. Badan w harus tegak, tegaknya tegak banget bukan tegak ngelendot gitu (ah plis u know what i mean lah). Bersyukur lah aku cukup strong dengan segala hal ini (berdiri lama dan berdesek2an, red). Belum lagi mulut ibuk-ibuk nih kalo ngomong dikit tapi pedes des des.
"Aduh bau ketek." (bukannya tersinggung secara w ga bau ketek juga tapi ya gimana ya....)
"Kegencet sedikit hidungnya penyet." (ini lucu sih, tapi kalo ngomong ketika kereta hening ya gimana ya...)
dan kata-kata lain yang kadang bikin kesel dan ketawa bersamaan. Sangat berbeda jauh dari perjalanan pulang naik kereta komuter sorenya dari Cikini-Bekasi yang isinya banyak lelakinya yang memilih diam dan ga peduli (DAN LEBIH LOWONG!) Take a note on this side ya, lebih lowong guys.
Btw, perjalanan pulang tadi ngerasa sangat beruntung deh hehe. Selain karena akhirnya sempat merasakan naik bajaj (this has been on my wishlist since long long time ago dan akhirnya kesampean sekarang naik bajaj kaya bajaj bajuri di Jakarta!) yang meskipun singkat tapi sangat enjoyable, timing segalanya sangat sangat tepat. Kayak tadi tuh aku pikir kayaknya akan sampe rumah Nik jam 8 malem deh, ini macet dan aku berniat naik bajaj which is nggak bisa nyelip-nyelip kayak motor buat kembali ke Stasiun Cikini-nya....tapi akhirnya tetep gas naik bajaj karena when elseeee naik bajaj di Jakarta bebiii.
Eh sampe Stasiun Cikini semua orang lari-lari. Hati udah was-was, waduh jangan2 ini pada ngejar kereta Bekasi. Kalo w ketinggalan yang ini ucetlah harus nunggu sampe jam 6, blm nanti jam 6 magrib pasti sama ramenya, solatnya gimana, udah gelap, nanti Gojeknya gimana ke rumah....dll dll pretty much overthinking. Tapi yauda sih, masa Explorer harus goyah sama ginian. Gas lagi lah ke loket. Di loket ngantri lagi sedangkan orang lari-lari makin kenceng. Nunggu nunggu trs top up lalu yauda ikutan lari aja. HAHA. Padahal nggak tau ini lari ngejar apa.
Eh beneran dong ternyata lagi ada kereta jurusan Bekasi. Beuuuhhhh, timingnya cucok meyong kuadrat. Secara Cikini kan bukan pemberhentian awal atau akhir gitu dan hanya berhenti 2 menit gitu disitu dan aku tepat waktu. Dapet gerbong yang nggak sebrapa desek2an lagi huhu emang ya kebahagiaan tuh ngga harus yang mahal2 atau sesuatu yang besar. Gini aja tadi w udah merasa bahagia hehehe.
Lalu karena gerbong yang ini cukup lowong dan w masuk terakhir, aku kedapetan berdiri di deket pintu. Jadi bisa lihat pemandangan Jakarta di luar gitu deh. Karena lingkungan tidak membuatku mengeluh, mulai deh mikirku agak berat2 dikit. Kalian pernah naik kereta KRL nggak sih guys? Selain KRL Bekasi-Jakarta dulu aku pernah naik KRL Jombang.
Hm, how to start this...... Aku sangat sangat sangat bersyukur dilahirkan di keluarga yang tidak kaya, tetapi tidak miskin. Aku sangat sangat sangat beruntung mama dan papaku mengajarkanku hidup susah sejak kecil. Aku jadi nggak punya syarat hidup yang tinggi. Iya. Naik motor, angkot, sepeda, bajaj, becak.....semuanya baik-baik saja. Toh yang bikin semuanya nggak baik-baik saja bukan alat transportasinya kan, tapi manusianya. Berapa banyak yang tahu kalo aku lebih sering naik kereta ekonomi Bandung-Surabaya dibanding bisnis, apalagi eksekutif? I bet almost none of you. Selain karena aku nggak mau membuang uang untuk sesuatu yang bisa kudapatkan dengan lebih murah, aku lebih memilih naik kereta ekonomi karena.......aku dekat dengan masyarakat. Aku dekat dengan kondisi sebenarnya negeri ini.
Di kereta KRL Jombang dulu, keadaannya belum sebagus sekarang. Pedagang asongan dulu masih boleh masuk dan jualin dagangan di dalam kereta. Dan ya, dulu aku melihat anak kecil jualan telur puyuh di plastikin di KRL itu. Di gerbong yang sama ada bapak2 bawa ayam mati yang baru disembelih dan akan dipotong. Ada ibu bawa anak balita yang capek dan duduk ngelesot di lantai kereta. Tadi sore di KRL Bekasi aku merasakan lagi hal yang sama. Aku lihat rumah-rumah kumuh di bantaran sungai, anak-anak kecil main bola di sebelah rel kereta yang masih aktif, baju-baju dicuci dengan air kotor sungai dan dijemur di atap rumah tanpa tau kebersihannya gimana. Hal-hal kayak gini ini nyata, ini bukan opini yang digiring oleh golongan politik tertentu untuk memenangkan calonnya, atau bukan opini buatan siaran berita untuk menambah rating. Hal-hal ini tuh ada, kita yang nggak bisa selamanya menutup mata kalo hal ini ada dan masih ada sampai sekarang.
Hal-hal kayak gini yang membuatku tahu bahwa ada kaum seperti mereka. Tanpa berniat mendiskreditkan, hal-hal ini yang membuatku sadar bahwasanya beberapa orang memang terlahir lebih beruntung dari yang lain dalam banyak hal, tetapi beberapa orang tersebut tidak menyadari peruntungannya. Buruknya, beberapa malah menyalahgunakan -peruntungannya untuk hal-hal yang membuat orang yang tidak beruntung itu semakin tidak beruntung. Melihat betapa drastisnya kondisi rumah di deket rel bahkan dalam jangkauan Cikini-Manggarai aja udah signifikan: Gedung tinggi dan rumah bagus vs rumah asbes dan pinggir sungai. Oh God...hatiku mencelos ngelihatnya. Ini Indonesia yang sebenernya. Ini negaraku. Ini yang harusnya orang-orang yang malah tidur atau berantem waktu rapat itu perjuangkan. Ini yang harusnya aku perjuangkan sebagai golongan terdidik, apalagi dengan pendidikan yang disubsidi negara. INI.
And what the hell am I doing right now?
What contribution I've made to change something?
How far I've gone?
How strong I endure?
Dan seketika aku sadar.... aku (mungkin) cuma segelintir beban negeri ini yang cuma bisa nuntut tapi belum bisa kasih solusi.
Hal-hal yang aku lihat tadi sore dan bertahun-tahun yang lalu di KRL Jombang itu yang menyadarkanku kalau Indonesia ini nggak baik-baik saja. So imagine ifI live a high level standard of life all this time dimana yang aku lihat sehari-hari (mungkin) cuma makanan enak, restoran mahal, mobil dan supir pribadi, akses mudah ke pendidikan, and the list goes on...... TERUS MAU DIMANA LIHAT MASALAH KALAU AKU SELALU DAPAT KUALITAS TERBAIK DARI SEMUA YANG AKU INGINKAN?
Ok chill. Aku tidak menyalahkan kalau kamu lahir dari keluarga kaya. Oh lucky you, everybody would do anything to get your seat. Me either.
I hope you get this. My point is: please, please use your wealth for a greater good. Go build a longer table and not a taller fence. Observe. The world is not all shiny and glittery the way you (probably) always see. There are dusts and mud a little bit too much we mistake as dirt. These dirt is not all theirs to blame, it's ours. It's our responsibility. Use your wealth not to collect alot more of yours, but to help others create theirs. Oh... I hope you know how heart-breaking it was to see them boys laughing while playing football when my train passed..... What if the ball went to the rail? What if they chased after it? What if my train passed at the same time? What if the train crashed their body? What if they died? What if... what if....what if...... Once a boy died, you killed a family's hope for a better future and it's one of the cruelest thing ever.
Well, aku rasa cukup untuk malam ini. Aku bukan menggurui, oh well who'ss gonna believe me to be a teacher anyway. Aku hanya.......memberi sedikit perspektif berbeda... I guess? Semoga kita selalu termasuk ke orang-orang yang mau dan mampu memperbaiki negeri ini. Aamiin.
No comments:
Post a Comment