Pages

April 16, 2017

Cerita dari SLB Cicendo.

Halo, perkenalkan. Ini Bella, Aven, Intan, Nisa, dan Amuy!

--

Hari Kamis yang lalu, aku ke SLB Cicendo, sebuah Sekolah Luar Biasa untuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang fokus ke tunarungu dan/atau tunawcicara di dekat RS Cicendo Bandung dalam rangka bantuin proyek Ucup untuk pemberdayaan ortubis (orang tuli bisu) and it turned out amazing! Salah satu hari dimana aku belajar banyak dan merasa sangat cukup dan bersyukur dengan yang aku miliki.

Proyek Ucup ini sebenarnya fokus ke pemberdayaan tata boganya aja, yang mana Ucup&tim berusaha ngasih pelatihan kewirausahaan dengan ngasih kursus pembuatan kue. Harapannya, anak-anak ini perbendaharaan masakannya makin beragam dan bisa mandiri dengan ketrampilan masak ini selepas lulus. Kemaren resepnya crepes, dan sebelum ngajarin anak-anaknya sebenernya ada latihan masak mandiri dulu gitu, tapi sayangnya dengan tugas bejibun ini aku baru sempat ikut kemaren aja, yang mana juga sudah minggu kedua pelaksanaan. Ya gapapa kan, better late than never hehe.

To be honest, ini adalah pertama kalinya aku berinteraksi sama ABK. Yang benar-benar berinteraksi. Biasanya kan cuma lihat aja ada tunanetra atau tunawicara yang lagi pake bahasa isyarat gitu. Tapi kemaren aku benar-benar ngobrol, ketawa, cerita-cerita bareng mereka. Waktu masuk ke sekolahnya, you wont find any noise khas sekolahan. Suasananya hening dan sesekali ada suara orang ketawa. Well, I think this is the best thing about SLB: disini kamu nggak akan mendengar gosip, keluhan, cemoohan, hal-hal negatif lainnya.

Rasanya?
Aku nggak tau gimana mendeskripsikan kebahagiaan yang aku rasakan setiap ketemu sama anak-anak kaya gini. Bahagianya………….berbeda. Bukan bahagia kayak lolos SNMPTN atau dapat IP bagus, bukan bahagia abis dikasi duit, bukan bahagia abis jalan-jalan ke suatu tempat.
Bahagia yang mirip dengan naik gunung, tapi berbeda.
Ini adalah jenis bahagia yang membuatku merasa ……..terpenuhi.

Ada juga yang namanya Teh Witri, guru TK-nya. Lulusan UPI Bandung yang baru berumur 22 tahun tapi sudah mengabdikan diri untuk jadi guru pendidikan luar biasa (PLB). 
"Teh, kenapa mau jadi guru SLB?"
"Oh, haha. Sebenarnya nggak pengen jadi guru."
"Terus teh?"
"Terlanjur masuk kesini, jadi pilih yang menantang aja sekalian yang pendidikan luar biasa."
Sedangkan aku, 20 tahun, look what I have done to my surrounding: nggak ada. Seketika aku jadi malu jadi diriku.

Dari Teh Witri juga ini aku tau kalo jadi guru PLB ternyata jauh lebih susah daripada guru biasa karena harus belajar bahasa isyarat juga, terus bukan cuma masalah teknis aja, mereka juga harus sadar dan paham kemampuan masing-masing anak sehingga perlakuannya berbeda, yah seharusnya semua guru juga gitu sih tp kalo sekolah umum kan kadang gurunya suka bodoamat sama muridnya karena kebanyakan. Kalo di SLB, satu kelas isinya cuma 6-7 anak aja. Dari Teh WItri juga aku tau kalau ternyata, bahasa isyarat itu ternyata ngga ada yang sama sedunia, tapi tergantung negara masing-masing. Indonesia sendiri mengacu ke ASL (American Sign Language). Tapi meskipun gitu, bakal banyak yang mirip-mirip juga isyaratnya.

Di SLB Cicendo ini, ada sekolah mulai dari TK sampe SMA. Teh Witri sendiri sebenernya guru TK yang emang nyambi jadi pelatih modelling buat Expo. Guru-guru SLB itu nggak ada kemampuan khusus untuk tiap mapel. Kalo guru biasa kan kadang ada khusus Mat atau Bio gitu kan tp kalo disini enggak DAN jangan salah sangka, murid-murid SLB itu juga ikut UNAS btw. Tapi ya gitu, disesuaikan ke anaknya, kalo emang nggak mampu ya nggak ikut gapapa. Thats why di SLB ini kamu akan menemukan banyak bidang peminatan, ya sejenis SMK gitu, mulai dari otomotif, modelling, tata boga, dll dll.

Sungguhan, hari itu aku benar-benar merasa bahagia, hanya karena melihat mereka sebahagia itu melihat aku. Pas lagi foto, belum 15 menit kenal udah dipelukin. Terus pas mau pulang, meskipun udah dibonceng si Amuy tetep liat belakang buat ngasi aku kiss bye yang banyak HUHU SUPER TERHARU :" ga pernah merasa se-disayang ini sama orang yang baru kenal. Pernah nggak sih kalian merasa kalian tuh kayak omplong kosong melompong nggak ada yang bisa dikasi ke orang lain, terus kalian bertemu dengan seseorang yang merasa bahwa....you are actually that special? Bahwa hanya dengan kalian ada, sudah membuat dia bahagia?

Iya, rasanya tuh kaya gitu.

Aku selalu merasa dunia ke-tuna-an ini sangat jauh dariku dan aku mungkin nggak akan pernah bersinggungan dengan dunia ini. Padahal, untuk mengenal dunia yang ternyata sangat dekat ini aku cuma perlu sedikit lebih berusaha. Aku nggak pernah bayangin gimana rasanya punya saudara yang tuli/bisu, atau mungkin anakku nanti tuli/bisu, atau worst case kalau aku yang tuli/bisu. Hingga pada akhirnya aku terlatih hanya sebatas untuk MENGASIHANI mereka, bukan ber-EMPATI.

It's a whole different story. Anak-anak ini, mereka nggak perlu dikasihani. Sama sekali. Mereka bahagia dengan yang mereka punya, mereka tulus, dan mereka tidak merasa kekurangan. It is us, and us alone, yang berpikir bahwa mereka punya kekurangan. Maybe we should shift our way of thinking, just a little bit. Sesungguhnya yang mereka butuhkan bukan bantuan dari kita, tapi penerimaan. Penerimaan bahwa kita semua sebenarnya sama, not in terms of capability, but in terms of us....as a human. Mereka nggak ingin dibedakan, meskipun mereka tau mereka berbeda. Mereka ingin dianggap....biasa, meskipun mereka luar biasa. Dan apakah itu hal yang sulit? Aku rasa....enggak.

At least this is what I felt. Hanya dengan 30 menit kebersamaan, aku tau Bella kelas 4, Amuy kelas 3,  dan Nisa, Aven, Intan baru kelas 2. Aku juga jadi tau kalau Amuy punya kakak namanya Reza dan Bella juga bilang kalau aku dan Teh Witri mirip. Belum lagi mereka ngajarin aku bahasa isyarat dari A-Z dan beberapa isyarat simpel kaya: "Nama kamu siapa?";"Nama saya adalah..."; dan "Kamu kelas berapa?". I think that was much for a 30 minutes convo dengan orang-orang dengan keterbatasan seperti mereka. Bahwa, mereka bisa seterbuka dan seakrab itu denganku mungkin hanya karena aku menganggap mereka sama dengan orang-orang lain: diajak ngobrol, diajak foto, diajak becanda, ketawa-ketawa.

Hari itu paling nggak ngingetin aku lagi buat bersyukur dan jadi orang baik. Kadang kita minta segaaaaala macemnya sama Allah dan berujung bilang Allah jahat kalau Allah nggak kasih yang kita inginkan tanpa menyadari bahwa untuk mampu mendengar dan berbicara sendiri, sebenernya udah nikmat yang luar biasa.

Rencananya minggu depan mau masak bola nasi yang isinya ayam, YUMMMMM. Mau datang lagi, insyaAllah! (dan kalo kalian mau JB JB aja you will be very welcomed kokk. I am telling you, akan jadi pengalaman yang luar biasa buat berinteraksi sama mereka).

OHYA!!

Jangan lupa dateng Expo SLB Cicendo mereka juga ya tanggal 23 April 2017 nanti di BEC. Bakal ada pertunjukan modelling sama mereka bakal jualan crepes on the spot wuhuyy J

No comments:

Post a Comment