Empat bulan kemarin adalah sebuah fase yang.....naif. Just how on earth could I think you would come back. Just how on earth could I still read our old chats, remembering the good ol' days while you already are seeing her again. Just how.
I am not over you, yet. I must say.
Lately I've been thinking just maybe, maybe, we will make it someday. Just not today.
But who am I to wish. And who are you to stay.
Last Saturday is an uber mixed feeling of happy and sad, of excitement and broken heart.
Aku melihat kakak bahagia, dan surprisingly, itu sudah cukup membuatku bahagia juga, despite anything.
"Gip, salah nggak sih kalo aku nunggu?"
"Maneh mau nunggu, Beth?"
(deep sigh)
"Hm......iya....mungkin......"
"Aing nggak bilang itu salah, tapi kalo aing menyarankan ya...jangan. Tapi kalo maneh mau nunggu ya gapapa."
"Gip, kalo gitu gimana caranya move on?"
"Katanya maneh mau nunggu?"
"Ya...aku nggak tau. Just in case...."
"Sebenernya aing mau kasih tau jawabannya, tapi karena maneh bilang mau nunggu jadi....nanti kalo maneh udah memutuskan untuk move on kabarin aing. Nanti aing kasih tau caranya."
Intinya?
Bukan, bukan artinya aku udah siap move on. Hanya........siap menerima.
Entah apakah akan berakhir move on atau nggak, tapi aku mulai sepenuhnya menerima bahwa dia pergi dan mungkin nggak akan pernah kembali, bahwa masa lalunya adalah rasa yang selalu dia jaga dan aku nggak akan pernah bisa sekedar untuk menyandingkan diriku dengan dia, bahwa apa yang pernah kita punya hanya memori singkat yang perlahan mulai tak berarti apa-apa,
dan bahwa terkadang, orang yang mengajarkanmu tentang cinta, mungkin adalah orang yang bahkan tidak bisa memberikan cintanya padamu
dan pada akhirnya kamu akan tetap baik-baik saja.
No comments:
Post a Comment