Pages

March 5, 2018

Things I Realize When I Get Older.

Adalah sebuah sifat alami manusia bahwa kita selalu merasa benar.

Jadi inget salah satu isi forum 2 YLI yang pembicaranya Farina Situmorang (btw, she's so damn cool. hands off):

AS YOU GROW UP THO,
YOU (MAY) HAVE MORE
PERSPECTIVES ON THINGS.

Once at a time, when you think someone else is doing wrong.
Remember: they are only trying and doing their best. Whatever best means.
(cited from Farina's presentation)

***

Jadi akhir-akhir ini, sejak aku mulai mengejar banyak professional experiences instead of organizational experiences, menyadari bahwa somehow aku mulai menjauh dari kehidupan sosial yang aku idam-idamkan (building my own education foundation is still my dream tho), dan mengenal banyak orang dengan background professional yang wow yang membuatku ciut........aku menyadari sesuatu. And that's how I know I finally open my eyes wide enough.

Here's one major thing I just realized only when I get older:
Setiap orang itu ingin mengubah dunia......dengan caranya masing-masing.

Punya mimpi yang sangat tinggi untuk bangun sekolah-sekolah di pedalaman Indonesia dan mencerdaskan anak-anak di sana...aku selalu berpikir bahwa tiap orang seharusnya seperti aku. How arrogant, I know right. Setiap orang seharusnya bermimpi seperti aku yang ingin memajukan Indonesia, apalagi orang-orang yang lebih pintar dan berpendidikan di luar sana, apalagi orang-orang dengan duit banyak di luar sana. Mereka harusnya memanfaatkan kepandaian dan kekayaannya untuk menyejahterakan jutaan orang lain yang tidak seberuntung mereka. Seperti aku. So what happens next is predictable: aku selalu memandang orang yang memiliki mimpi untuk kerja di korporat (or BUMN or whatever it is) yang tujuannya untuk memperkaya diri sendiri seharusnya dimusnahkan dari muka bumi ini. So radical.

Only then I finally realize some other things....
Nggak semua orang yang pengen kerja di korporat cuma pengen kaya. Some of them are living their passion. Mungkin memang mereka menikmati bekerja di suasana seperti itu dan berkontribusi ke Indonesia dengan pemikiran mereka di perusahaan tempat mereka kerja. Such as: kerja di McKinsey karena ingin membantu perusahaan meningkatkan profit yang pada akhirnya akan menyejahterakan ribuan pekerjanya juga.
Begitupun dengan orang-orang dengan mimpi berbau kemanusiaan. You can't give others what you don't have. In other words: kamu nggak bisa punya mimpi untuk ngasi duit ke orang yang membutuhkan kalo kamu nggak punya duit. Jadi nggak bisa juga kita hidup cuma ngasi-ngasi doang tapi dari dalem sebenernya kita menggerogoti diri sendiri.

Beberapa waktu lalu aku juga jadi assessor StudentsCatalyst Chapter 5 Bandung dan aku berkesempatan untuk bacain esai calon students-nya. Salah satunya adalah what they'll be in 2030 and their future aspirations. Sekali lagi aku tersadarkan, bahwa nggak ada mimpi satu orang yang lebih baik dari mimpi orang lain. Karena sebaik-baiknya mimpi adalah mimpi yang diusahakan dan dijadikan nyata. So whatever that aspiration is, apakah terkesan memperkaya diri sendiri atau tidak, ketahuilah setiap orang hanya ingin menciptakan kondisi yang lebih baik daripada kondisinya saat ini dengan bermimpi. Dan kalaupun pada akhirnya hanya memperkaya dia sendiri, paling tidak jumlah masyarakat miskin akan berkurang walaupun cuma satu....and that's a good thing too!

Intinya, sekali lagi, adalah bahwa setiap orang ingin mengubah dunia, tapi dengan caranya masing-masing. Dan nggak ada yang salah dengan tiap cara mereka. Kadang yang kita butuhkan cuma pemahaman..... dan waktu.

In the end, once again. They are only trying and doing their best. Whatever best means. And we are no God who can judge that ours are the best without knowing how others are.

No comments:

Post a Comment