Malem ini aku abis liatin vlog Tasya Kamila yang bahas tentang kehidupannya di Columbia University. Disitu doi cerita tentang "kosan"-nya disana, which apparently is an apartment. Dulu dia tinggal di dormitory gitu, tapi katanya dia nggak nyaman karena kamar mandi luar dan dapurnya berantakan (harganya $1000 dolar per bulan btw, kalo dirupiahin jadi 13 juta perbulan fyi. it's NYC after all). Kalo dia pindah ke apartemen harga sewanya jadi $1100 yang artinya, nambah $100 aja tapi dapet fasilitas yang lebih oke.
Dari video itu aku mengakui kalo.... kuliah di Amerika, tepatnya di New York City, tuh keliatannya seru banget yah... yang katanya where dreams are made of. Katanya juga if you can make it in New York, you can make it anywhere. Huhu mungkin ini akibat terlalu banyak melihat hura-hura NYC di postingan2 beauty vlogger yang diundang kesana buat acara. Tapi...ya gimana... emang keliatannya seru sih ya.... Kalo stress kuliah langsung ke Times Square (?).
Lalu aku langsung kepengen banget (10000x) kuliah di Columbia University. Selain di NYC, Columbia University juga termasuk Ivy League. Masalah kualitas, ya gausa ditanya sih. Tapi masalah terbesarnya adalah:
S2 MAU AMBIL APA?!
Nah itu pertanyaanya. I myself still have no clear idea what I am going to pursue for the next stage of education. Setelah liat vlog Tasya Kamila dan riset singkat, jadi pengen banget (10000x) ambil SIPA (School of International & Public Affairs) juga soalnya huhu pengen sekali aja dalam hidupku aku belajar hal yg emg aku pengenin yaitu social science dan public sector. Sebenernya sebelum liat vlog doi, sempet kepikiran untuk ambil S2 di Glasgow University jurusan Adult Education karena aku suka isu pendidikan. Take a note on this side ya: keinginan ini didapat hanya melalui observasi yang tidak mendalam setelah Workshop 8 XLFL setelah merancang life plan dan denger cerita temen Tidar yang kuliah disana karena dia fokus ke pengembangan komunitas-komunitas di Indonesia. So sebenernya masih not really sure juga. Tbh, aku juga sebenernya belum komprehensif gitu sih cari-cari info tentang S2-nya jadi my bad. Tapi salah satu hal yang bikin aku jadi pengen kuliah disana adalah... it's in UK, tapi kuliahnya ke Malta dan Swedia juga. I mean, bukan cuma jadi eksplor dan jalan-jalan juga (hehe) tapi juga it means, I will be exposed to brand new cultures, people, experiences, dan hal-hal lain- yang adventurous. Something that always excites me, turns me on.
Selain pertanyaan kuliah mau ambil bidang apa, kuliah dimana itu juga salah satu pertanyaan yang menghantui sih. Saat ini yang ada di pikiranku, aku pengen kuliah di Amerika atau Inggris simply bcs they are English-speaking country (alasan yg tidak kuat yah ini haha).
Particularly in USA bcs:
- It's USA baby. Who doesn't wanna taste a glimpse of USA?
- Semakin jauh semakin seru. Hehehe, just my 2 cents.
Tapi aku juga pengen kuliah di UK bcs:
- You go to UK, you can go to every part of Europe.
- The accent (nonsense banget wkwk). Maksudnya, for no particular reason aku pengen kuliah di English-speaking country at first, but since I've got American accent and it suits me pretty well (ulala the feeling when people compliment your English bcs you sound like native is precious hehe), I think it's gonna be pretty challenging kalo aku bisa British accent hehe. This is more like a personal satisfaction sih emang.
Tapi gatau deh beberapa bulan terakhir agak ter-expose dengan kuliah2 di negara lain seperti Belanda dan Australia. Di Belanda karena Kang Arya ke Erasmus (dan Erasmus adalah salah satu best university disana) dan beberapa kali baca tumblr Kak Yasmin yang lanjut ke TU Delft dan beberapa kali cerita pengalaman ditolak beasiswa ke Swedia). Kalo ke Aussie sih hmmm entah beberapa tahun lalu emang sempet liat2 universitas yang oke disana dan emang oke dan Mbak Nimas kan ke Monash juga jadi kayak udah ada "pegangan" gitu (???) tapi kok... kurang tertarik. Mohon maklumi saja kadang bahasa w diketik tanpa dipikir. Heu
LALU. Terdengar kontradiktif bukan. Kalo aku pengen kuliah di English-speaking country kenapa nggak Ausi aja? Udah lebih deket, bagus, ada "pegangan" lagi. Jawabannya karena.... ya aku tidak tau. Kayak.... kurang appealing aja gitu. Sometimes you just want something and you just don't understand why you want it. Ya the other way around too. Sometimes you just don't want something and you just don't understand why you DON'T want it. But if you ask me the same question couple years ahead, my thoughts might have been different (we are evolving, right).
Kemudian channel YouTube kan suka langsung play video-video sejenis ya, muncullah di suggestion video Tasya yang pertama kali tentang kiat-kiat lolos LPDP dan beberapa video-video lain tentang AAS (beasiswa dari pemerintah Ausi). Dan.... wow I didn't even know why I continued watching that. Sampe sekarang pun masih not so sure whether aku pengen dapet LPDP juga atau another scholarship will be fine as well tapi konsep sekolah di LUAR NEGERI, terutama di jurusan dan kampus yang KITA INGINKAN, dan DIBAYARI negara. Wow, only idiots does not want that.
Salah satu yang aku takutin dari segala per-beasiswa-a ini, terutama LPDP adalah.... well, ini adalah sebuah beasiswa yang difasilitasi oleh Kementerian Keuangan. Uang yang digunakan untuk membiayaiku adalah uang negara. Suatu saat, apa yang aku tulis di esai dan aku utarakan di seleksi wawancara perlu aku pertanggungjawabkan. Mempersiapkannya bukan hal yang gampang (who says it's easy anyway). Beside all those administrative stuffs I need to prepare, there are alot more essential things I need to (really) prepare:
WHAT, WHY, AND HOW MY CONTRIBUTION TO INDONESIA WILL BE WHEN I RETURN?
What: pretty much obvious sih. Just like what I told many times in this platform. I want to build my own foundation concerning in education especially in remote areas of this country.
Why: pretty much obvious... but really NOT SURE how to pour into words. Maksudnya, banyak yang bilang kalo bisa usahain apa yang kita pursue saat ini (bisa jadi jurusan S1 atau apapun yg kita lakukan di waktu luang) support our decision to take the field in the masters degree we're applying. NAH. ITU. Aku kan pengen bangun yayasan pendidikan, kasarnya bangun sekolah lah di Indonesia. Itu terdengar sangat sosial kan...sedangkan yang aku pursue right now dan probably after graduation adalah hal yang berbau korporat, or at least, very business-and-marketing like. Jadi bingung, how to link this. Meskipun sebenernya frankly speaking, yang aku pelajarin di TI juga nggak sepenuhnya very technical things like gimana cara menentukan metode inventori yang paling tepat, cara ngitung cycle time whatsoever (oh so enough with those operational stuffs). Tapi juga lebih ke framework berpikir dan menyelesaikan masalah. Intinya: masih bingung gimana caranya menuangkan dan menghubungkan rencana kontribusiku untuk Indonesia dengan kondisiku saat ini.
How: ini pretty much the same dengan why sih. You will have a better understanding of how, if you have fully understood your why. Karena my why is still quite messed up, to construct such a powerful how is a BIG homework.
Begitulah. Segala pemikiran tentang S2 yang cukup menghantui akhir-akhir ini. Pada intinya, aku pasti akan melanjutkan S2 tetapi mungkin tidak dalam waktu dekat so I have much time to contemplate (so used this word lately hehe). Dan dengan keinginan untuk S2 di luar negeri inipun...aku pastikan bahwa aku akan kembali ke Indonesia dan membalas budi. InsyaAllah.
Be hard on your dreams. But be flexible on the way up.
Semoga dalam proses pencarian jati diri ini aku segera diberi pencerahan. AAMIIN.
No comments:
Post a Comment