Hai, kamu.
Yang selalu ingin mendengarku memanggil namamu tanpa panggilan tambahan khas unggah-ungguh Timur untuk orang yang lebih tua.
Apa kabar?
Dua hari kita tak sua, namun sudah lebih 30 hari kita sudah tak saling ada.
Aku harap kamu baik-baik saja.
Ada bagian hatiku yang hancur saat kau pergi. Ada juga bagian hatiku yang lega saat kau pergi.
Kita bahas yang hancur saja dulu ya?
Kamu adalah salah satu manusia terindah yang pernah aku temui. Membayangkan kamu menyayangiku sungguh fana, sebelum kau benar-benar melakukannya, dan membuktikannya. Kamu salah satu bagian terindah dalam hidupku, sangat absolut. Mungkin aku buta? Sepertinya tidak. Aku bodoh. Tapi aku pikir itulah manusia.
Kamu adalah salah satu manusia terindah yang pernah aku temui. Membayangkan kamu menyayangiku sungguh fana, sebelum kau benar-benar melakukannya, dan membuktikannya. Kamu salah satu bagian terindah dalam hidupku, sangat absolut. Mungkin aku buta? Sepertinya tidak. Aku bodoh. Tapi aku pikir itulah manusia.
Kita bukannya tidak tau apa yang kita punya sampai hal itu pergi.
Kita tau.
Hanya kita tak tau jika suatu saat kita akan kehilangannya.
Kita tau.
Hanya kita tak tau jika suatu saat kita akan kehilangannya.
Sekarang yang lega.
Tiga bulan ini sungguh indah, sungguh indah. Perpisahan ini membuatku sangat yakin, aku akan jadi orang yang sedikit berbeda. Yang sedikit lebih dewasa dan manusiawi, mungkin kau bilang. Aku selalu ingin menjadi versi terbaik diriku, berusaha selalu produktif, lebih memikirkan orang lain, lebih berdamai dengan diriku, dan paling tidak, semua hal yang kupikir akan membuatmu kecewa padaku, sebisa mungkin tidak kulakukan. Bahkan ketika kamu tak ada.
Tiga bulan ini sungguh indah, sungguh indah. Perpisahan ini membuatku sangat yakin, aku akan jadi orang yang sedikit berbeda. Yang sedikit lebih dewasa dan manusiawi, mungkin kau bilang. Aku selalu ingin menjadi versi terbaik diriku, berusaha selalu produktif, lebih memikirkan orang lain, lebih berdamai dengan diriku, dan paling tidak, semua hal yang kupikir akan membuatmu kecewa padaku, sebisa mungkin tidak kulakukan. Bahkan ketika kamu tak ada.
Hei kamu, terima kasih ya. Aku tidak pernah merasa sesemangat ini untuk memperbaiki diriku sejak kuliah. Terima kasih sudah mengembalikan semangatku.
Lalu yang buat lega?
Adalah karna aku terlalu rapuh dan kosong untuk mendampingimu saat ini. Bahwa aku akan membutuhkanmu lebih banyak daripada kamu membutuhkanku.
Sungguh, akan jadi hubungan yang tidak adil jika itu terjadi. Kamu sungguh membutuhkan orang yang lebih kuat, dan aku bukan orangnya, untuk saat ini. Aku tak ingin semakin menyakitimu bahwasanya aku belum bisa membalas semua ketulusanmu, sebagaimana kamu memperlakukanku.
Aku bahagia karna kamu akan dapat yang lebih baik daripada aku, bahwa kamu tidak harus tersakiti lagi setelah ini.
Ada sebagian kecil hatiku yang berkata ingin kembali, ia meneriakkan kata rindu dan aku tak mampu memenuhi keinginannya.
Oh, mungkin ini yang kau rasakan malam-malam itu? Saat kau sangat ingin bertemu denganku tetapi aku dengan mudahnya berkata tidak?
Oh, mungkin ini yang kau rasakan malam-malam itu? Saat kau sangat ingin bertemu denganku tetapi aku dengan mudahnya berkata tidak?
Sakit ya. Oh, stupid me.
Hai kamu,
kadang aku berpikir mungkin masih akan ada masa depan untuk kita.
Mungkin aku yang naif, tapi tak bolehkah berharap?
kadang aku berpikir mungkin masih akan ada masa depan untuk kita.
Mungkin aku yang naif, tapi tak bolehkah berharap?
Mungkin kita akan bersilangan jalan lagi suatu hari, dan semoga saat itu adalah saat kita bukan lagi saling mencari, tetapi saat kita sama-sama saling menemukan.
Kak,
baik-baik selalu ya.
Kakak tahu aku selalu mendoakan yang terbaik untuk kakak ❤