Pages

December 1, 2016

Pak Leksananto.

Salah satu mata kuliah semester ini adalah Operations Research II oleh Pak Leksananto.
Kayanya udah ketebak juga dari judulnya kalo postingan ini isinya tentang Pak Leks. Lah kok? Biasanya posting tentang cinta2an kenapa sekarang tetiba tentang dosen?!?! Yauda terima aja kan blog aku suka2 aku kayak ada yang baca aja.

Seperti yang udah biasa didenger dari jaman SMA, pasti pada bilangnya kuliah tuh ga kayak SMA.
Di SMA tuh kamu bla bla bla sampe mulut berbusa.
Di kuliah tuh kamu bla bla bla sampe mulut berbusa dan berbisa.
Ya setelah jadi mahasiswa selama 2, 5 tahun ternyata kata maha di depan siswa ini cukup membuat hidup brodol ya. Dengan kata lain, hidup saya brodol both in good and bad ways. Kembali ke topik, biasanya yang suka orang-orang bilang adalah pas kuliah mah dosen ga bakal ngurusin kamu kayak guru, ga peduli kamu bisa atau nggak dan lain lain. Kenyataannya, ya benar sekali bung. Cukup mengecewakan. Bahkan ada dosen yang minta kuliah Sabtu like WHAAAT?!.....Sir....r....u......serious..................................ly kidding me?
Setelah cukup terbiasa dengan kekumishan ini (ini salah satu yang membuat hidup brodol in a good way adalah aku mengenal bahasa baru yg lucu2 seperti brodol vraney kumish burzau dll), aku jadi nggak menaruh ekspektasi tinggi ke tiap dosen yang ngajar aku untuk sedikit menunjukkan sisi kemanusiaannya.

But lucky me, aku mengenal Pak Leks.
Beliau adalah dosen OR II. Umurnya udah tua sih, kira2 60 taun (kaya bapaknya bilang) dan rambutnya udah putih gitu. Tapi, dalam waktu satu semester ini bapaknya mengajarkan aku banyak hal di luar akademik yang membuatku kagum.

Pak Leks sempat sakit sebelum semester ini mulai dan menurut anak TI Awal yg dulu diajar Pak Leks, beliau ngajarnya enak. Sedih dong, tapi ternyata alhamdulillah beliau masih bisa ngajar. Dan unexpectedly, aku menemukan seorang dosen yang masih sangat menjaga nilai dan kualitas dirinya despite segala kehebatannya. I must say, Pak Leks adalah salah satu dosen yang (masih) menghargai mahasiswanya sebagai manusia yang punya hak untuk mendapat ilmu dan dosen memiliki kewajiban untuk memenuhinya, yang mana, hak dan kewajiban ini tidak ada yang lebih tinggi dari satu sama lain. Sama.
Beliau adalah dosen yang berintegritas. Kuliah jam 1 ya jam 1 dateng. Kuliah jam 4 ya jam 4. Bahkan, kadang beliau datang 5 menit sebelum kelas mulai. Membuatku berkaca, aku yang butuh ilmu kok malah suka dateng mepet2. Kuliahnya? Berjalan sebagaimana mestinya. Beliau selalu memasang alarm di jam saat beliau harus mengakhiri kelas. Misal jam 13.40 harus di akhiri, alarmnya bunyi. Jadi nggak ada ceritanya dosen korupsi waktu ngajar gegara telat. Dan kalaupun ternyata masih ada materi yang ingin disampaikan, beliau minta izin ke mahasiswanya dan mempersilahkan mahasiswa yang sudah punya urusan duluan untuk meninggalkan kelas. Just....wow. Dosen menghargai waktu mahasiswanya adalah salah satu hal yang sangat aku apresiasi.
Selain itu, Pak Leks juga memosisikan diri beliau bukan hanya sebagai dosen, tapi juga sebagai orang yang pernah merasakan jadi mahasiswa. Setiap selesai ngajarin materi, beliau selalu tanya mahasiswanya ngerti atau nggak dan bersedia ngulang kalo ga ngerti, Bahkan sering, Pak Leks bilang 'Kalo kalian nggak ngerti gapapa kok, ini memang susah dan saya gak berharap kalian langsung mengerti. Yang penting kalian belajar.' Tiap kuliah, Pak Leks juga selalu ngasih slot waktu 5-10 menit buat istirahat, tanpa menambah waktu kuliah seharusnya. Perna juga Pak Leks ngasi video-video lucu di kelas buat mencairkan suasana dan memperbaiki keadaan kelas yang genting karena ga paham materi. Beliau juga ga masalah sama mahasiswa yang telat, asal ijin.
Pak Leks juga dosen yang bukan hanya pengajar, tapi pendidik.
Beliau bukan cuma ngajarin materi kuliah yang mostly akan dilupakan setelah lulus kecuali emg kerja di bagian itu, tapi beliau mendidik unggah ungguh yang harusnya diaplikasikan seumur hidup. Tiap baru masuk atau keluar kelas, either ada urusan atau kamar mandi, Pak Leks selalu nyuruh buat minta izin. 'Ini yang pengen saya ajarin ke kalian, supaya kaliah terbiasa. Supaya kalian dihargai, kalian harus menghargai dulu.'
Pak Leks juga suka cerita tentang pengalaman beliau. Tentang penyakitnya yang karena ngerokok 20 tahun (dan akhirnya aku jd sering jadiin cerita Pak Leks buat cerita ke orang2 terdekatku yang ngerokok buat ngurangi), temen-temennya, penglihatannya yg mulai buram, kebiasaannya jaman dulu mantengin komputer hampir all day all night nungguin software selesai rendering solusi optimal, pengalaman ketemu hantu, dan lain lain.
Oh ya, dan satu lagi! Beliau berusaha mengingat nama mahasiswa-mahasiswanya. Aku yakin, Pak Leks ingat nama setengah kelas lebih dan inget muka-muka sisanya juga meski ga inget nama. Dan bayangin aja ada kelas MRI jg yang beliau ajar. Dan ada berapa angkatan yg beliau ajar. Yah meskipun Pak Leks nggak inget nama asliku, tapi beliau ingat aku sebagai mbak yang dari Surabaya. Totally fine, Pak, I dont mind at all!

Bukankah itu sesuatu yang mengagumkan guys?
Bahwa seorang dosen dengan pengalaman yang udah luar biasa tetap menganggap mahasiswa yang hebatnya ga ada seperempatnya sebagai orang yang penting, yang perlu dihargai.
Rasa kagumku ga ada habisnya sama orang ini, sampai akhirnya tadi adalah kuliah terakhir bersama beliau. Setelah materi terakhir, tiba2 Pak Leks bilang 'Sebentar-sebentar ada satu lagi hal yang sangat penting yang mau saya sampaikan.'
Tetiba beliau menutup slide dan membuka file lain. Kalian tau guys, filenya apa?
Itu adalah sebuah file presentasi lain, yang isinya adalah motivasi hidup.
Di slide itu, ada cerita tentang pelari yang lagi lomba. Tiba2 ada salah satu yang jatuh, dan yang dilakukan oleh pelari lain adalah menghampiri pelari yang jatuh, dan akhirnya mereka lari bareng. Bahwa ga penting siapa yang terkaya, terpintar, terbaik, ter-. Yang penting adalah, siapa yang ada disana, yang membantumu tumbuh, yang membuatmu berkembang.
That the thing about life is not always to win, but to help others win.
Seisi kelas terdiam dan saat slide ditutup, semuanya tepuk tangan, Termasuk aku. Deep down, aku nggak tau penyebab sebenarnya aku tepuk tangan. Apakah karena motivasi ini atau karena Pak Leks yang begitu tulus ingin melihat mahasiswanya jadi ornag yang bukan cuma pinter, tapi juga bermartabat.

Setelah itu, Yasserino, ketua kelasku, ngajak foto sekelas sama Pak Leks.
Selesai foto, aku bisa lihat senyumnya Pak Leks tulusss bgt. Dan aku pun bisa lihat di mata temen-temenku bagaimana mereka berterima kasih sama beliau.
Hari ini membuat aku bersyukur aku masih bisa ketemu orang hebat kayak Pak Leks.
Entah, kadang tiny moments kayak gitu2 yang jarang diperhatikan orang justru adalah yang aku concern most, dan bikin aku meleleh dalam kekaguman (ok ini diksi yang aneh).

Hmmfh.
Minggu ini aku agak aneh. Kayak sekarang, tiba-tiba post tentang dosen.
Tapi yah gimana, ginilah hidup. Harus naik turun.

Pak Leks, semoga selalu diberi kesehatan dan menyebarkan lebih banyak inspirasi ya :)