Pages

January 31, 2018

Kalah Sebelum (Diijinkan) Berperang.

Sudah bertahun-tahun ini aku mempraktekan ilmu (mencoba) sabar dan (mencoba tetap) memahami dalam-dalam bahwa hidup ini memang nggak adil. Ada aja hal-hal yang memang nggak bisa (dan nggak akan pernah bisa) kita tahu mengapa dan bagaimana. Intinya, ya memang harus gitu aja dari sononya. Regardless of your dreams, regardless of your perseverance.

Contohnya, mengapa aku dilahirkan dengan tinggi 160 cm.

Mimpiku sejak kecil yang selalu aku simpan buat diriku sendiri karena menceritakan ke orang lain juga nggak ada artinya adalah: menjadi Puteri Indonesia. Hehehe boleh ketawa kok. How funny it is that we dared to dream so big when we were so little.
Kenapa? Cantik, disegani, pandai, dan punya suara yang didengar banyak orang.

Oh I believe we undeniably have that tiny part of ourselves to change the world. So do I. Sejak dulu aku yakin aja, keinginanku untuk mengubah dunia ini akan jauh jauh lebih mudah kalau suaraku didengar banyak orang sedini mungkin. Menjadi Puteri Indonesia adalah salah satunya. PLUS, who can resist being considered the most beautiful person in Indonesia even only for a reign? Not bad at all.

All my life, until the very second I am breathing this moment, I am still fully-aware that I can still change the world through SO MANY other ways rather than being Puteri Indonesia tho...and I accept that fact. So I'm working on it. I'm working on it so hard as if I am going to be your next Puteri Indonesia even I know I will NEVER be.

Never, just because of this fact: my height doesn't reach 170 cm.

Lahir dengan tinggi 160 cm membuatku nggak bisa jadi Puteri Indonesia. Sehebat apapun pencapaianku, segigih apapun kerja kerasku. It just can't aja. Kayak lagi ada lomba lari, kamu ikut lari tapi nggak daftar karena nggak punya sepatu lari. Kamu sudah dianggap kalah karena tidak diijinkan berperang.
Nah masalahnya, alat perang untuk lari kan nggak harus sepatu lari ya? Sama, alat perang untuk jadi Puteri Indonesia juga nggak harus tinggi badan bukan?

Mungkin hal-hal kayak gini juga yang menambah jam terbang (mencoba) sabar dan (mencoba) memahami hidup yang aku praktekin ini. Mungkin, Puteri Indonesia memang lomba yang dasarnya modelling tapi karena bawa-bawa nama negara jadi ya diselaraskan dengan misi memperkenalkan budaya sekaligus memberdayakan wanita. Jadi ya yang bisa kulakukan tinggal mencoba menerima aja kalo yang bisa ikut ya yang kapabel untuk jadi model: kaki jenjang dan badan ramping. Something that I am not, not even close enough.

Jadi sekarang, aku memutuskan untuk jadi Puteri Indonesia untuk diriku sendiri aja. Have my own definition, set my own goal, break my own record, win for my own satisfaction, and enjoy my own victory.

In the end of the day, the world simply is not fair.....and we don't have to know why and how.
It simply is.

January 28, 2018

My Question Every Single Day.

How am I gonna be enough?

Suatu Hari Nanti.

Dua hari ini forum YLI. Great forums, cool speakers, useful materials, challenging BLP.
I'm blessed and thankful. Alhamdulillah.

Selesai forum tadi aku duduk di kursi speaker. Oh, jadi gini rasanya. Lalu berpikir.......

Apakah suatu saat nanti aku akan pernah diundang ke almamaterku?
Berapa lama lagi?
Sebagai apa?
Membawakan materi yang bagaimana?


And within these years....... jalan kehidupan apa yang akan membuat diriku menjadi cukup layak untuk berbagi dengan banyak orang?
Sumpah ya mikirin kayak ginian tuh bikin sakit perut.

January 26, 2018

What Do You Think of Life?

I bought my wife a 24K gold bangle when we were in India. Beautiful, yellower-than-a-daisy and bright-as-the-sun kind of thing.
She was delighted.
One day our whirlwind-of-a-son gets hold of it. He twirls it around in his fingers, holds it up to the light, brings it to his mouth, and before we can stop him...
Sinks his teeth right into it.
The thing was so soft that it now has tooth-shaped indentations all around.
A jeweler would have to melt it down and work it back into shape if we wanted it restored to its former glory.
But if that gold bangle had had just a bit more zinc, copper, and nickel added to it, it’d be tough enough that you couldn’t bite into it.
And, you could still call it gold.
But if you added too many other elements, it wouldn’t be gold anymore.
That got me thinking.
If you’re too pure, you lack grit. You end up being so soft that life’ll chew right through you.
But if you’re too impure, you lose your luster. You end up being such a formless mishmash that there’s no telling you’re you.
So the question is—
How do you maintain enough purity while also allowing yourself to become worldly, to mix with the dirt of life, to be both hard and bright?


Ben A. Wise through Quora

January 25, 2018

The High Maintenance That I Am.

Start writing this post on 23.09 while listening to Spotify's Stress-free playlist. Such peace.

Jujur sekarang agak capek. Hehe soalnya aku abis ngegym setelah terakhir olahraga Agustus lalu di Bontang. Gila ya? Banget. Lima bulan ga olahraga sama sekali malah nimbun lemak. Sejak Agustus kayanya udah 3-4x makan all you can eat. Bole dihitung sendiri jumlah lemak ada berapa gram :)
Yakin banget ini besok bangun badan pasti remek sana sisni. Fix.

Jadi kebetulan barusan aku cuci baju gitu terus jadi teringat masa TPB dan tingkat 2 dimana baju-baju masih aku cuci sendiri. This upcoming semester (alias last semester insyaAllah) kayanya harus membiasakan rajin nyuci lagi deh. Buat latian manajemen waktu wkwk.

Jadi begini caraku melihat cucian kotor.
Sebenernya aku menjadikan cuci baju ini untuk melihat komitmenku. Gini lo cara pikirku. Aku menjadikan laundry di luar itu hukuman atas ketidakbisaanku memanajemen waktu dan tenaga. Laundry di luar kan mahal, jadi kalau aku nggak bisa manajemen waktu untuk cuci baju maka aku harus mengeluarkan sejumlah uang untuk laundry itu yg bisa ngambil uang jajanku. Intinya, mau nggak mau aku harus cuci baju sendiri.

Terus hubungannya sama high maintenance apa?
Jadi gini, aku itu bete (BANGET) sama orang yang ngira aku ini cewek high class yang kerjaannya tiap hari dilayani alias high maintenance. Not my fault if my face screams elegance dude #nyolot #selflove. Ya mereka ga salah juga sih ngira aku gitu toh tiap orang berhak berpersepsi and people tend to judge by your appearance the first time. Tapi ya bete aja tetep. Soalnya w juga gasuka sama orang yang gamau susah alias seluruh hidupnya selalu dilayani...terus u men-judge i seperti orang-orang yg kubenci itu. Hih.

Dua kejadian yg paling membekas tuh ini:

1. Jaman masih sama Brian aku jalan2 ke ITB Nangor terus disana cerita2 terus aku cerita "Aku nyuci bajuku sendiri loh" terus dia kayak "Hah serius. Bohong ah. Masa kamu nyuci sendiri?" terus aku merasa sedih dan senang. Sedih soalnya kok image-ku kayak high maintenance yg gabisa diajak susah gitu se.... Seneng soalnya finally membuktikan I'm that independent woman bruh. Gitu.

2. Beberapa waktu lalu sm Mas Adam pas ngurus Develop Dolly gitu aku disuruh di Dolly naik motor aja terus dia bilang "Hah emang kamu bisa naik motor?" Ya Allah such understatement. I have travelled thousands of kilo by motorcycle ya jangan salah. Belum ilang beteku, eh pas udah muter di Dolly pake motor dia bilang "Ternyata kamu bisa naik manual ya." Ya Allah pengen tak gepruk. Mbok pikir aku manja takut kepanasan yang bisanya naik matic tok kayak boom boom car ta haaaah?! Buete pol cak. Pengalaman nyetir motorku pake dipertanyakan. Surabaya-Sidoarjo udah ribuan kali. Surabaya-Gresik lewat Krian dan nyasar-nyasar kampung (literally kampung yang ada sapinya) juga udah. Banyuwangi-Situbondo 100 km bolak-balik dalam sehari udah dan yang paling keren medan menuju Ijen naik turun gunung sangat curam, melewati hutan PTPN jam 6 sudah gelap dengan keadaan gerimis, jarak pandang cuma 2-3 meter dan HAMPIR GA ADA ORANG DI TENGAH HUTAN. Gini pake perlu dibilang, ternyata aku bisa manual. HELO. (Ini bete maksimal).

Ya udah intinya gitu. Aku nggak suka dibilang high maintenance karena persepsiku tentang orang high maintenance adalah:
       - Maunya dilayani
       - Gabisa diajak susah
       - Mau enaknya aja, giliran repot gamau
       - Kayak manja gitu

While I myself don't think I am like any of that in this case

Sesungguhnya sangat mudah membahagiakanku. I am so very low maintenance..... as long as I'm happy and content everything's alright. Makan mie ayam di pinggir jalan, naik motor ujan2an pake jas ujan, nggak dikado juga gapapa, nggak disurprise juga baik-baik saja. Beneran dah, dimana sih letak high maintenance w?

If it comes to your knowledge, English grammar, the way you treat people, and your endurance towards your life goals..... my standards are quite high. And I don't take that as the high maintenance that I am.
It is just my tastes which are pretty.....singular.

January 21, 2018

Malam Terakhir di Surabaya.

Adalah saya menyadari bahwa saya sangat sayang sekali dengan keluarga saya dan saya sedih besok harus kembali ke Bandung mengejar mimpi. Tolong mudahkan setiap orang disini (termasuk papa saya yang jarang foto) untuk mencapai mimpi kami masing-masing dan semoga cinta kami saling menguatkan.




Aku Ingin Menjadi Seperti.....

Well, if you knew. This past few weeks I've been ranting about how the hell I'am gonna collect 3 freaking millions rupiahs for this PLP project. Somehow a bit regretting why bother with this self-depressing project I got to call challenging at first. Well it is, just why. Why. Why so many unexpected things happen especially about this funding things I AM NOT FVCKING RICH HOW AM I GONNA PROVIDE Y'ALL 30 RUPIAH-ORIENTED FELLAS SUCH LUNCH AND SNACKS AND TIP AT THE SAME TIME WHILE I MYSELF STILL AM STRUGGLING TO JUGGLE BETWEEN SAVINGS AND EXPENSES OF THE LIMITED AMOUNT MY PARENTS GIVE ME.

Aku udah kaya orang depresi hari-hari menuju IECOM dan masa IECOM. Darimana dapet duit ini yatuhan darimana?!?! Kalo nggak dapet duit di Kitabisa bisa matilah awak harus ngeluarin duit buat ke Atambua buat PLP ini...nanti di Atambua hidup aing gimana????

TAPI.

Tiba-tiba Kamis siang Allah ngasi pencerahan yang sangat luar biasa.com.
Dapat email dari Kitabisa kalau Bude Nunuk donasi 1 juta buat PLP aku. Satu juta. SATU JUTA RUPIAH.

Ya Allah aku lagi di ATM Mandiri rasanya pengen sujud syukur saat itu juga tapi nggak mungkin soalnya nanti malu. Langsung ngerasa Allah baik banget ngasi segala hal ini ketika aku udah sangat desperate banget dan udah mulai merelakan diri kalo harus ngeluarin duit tabungan buat PLP. Trus aku jadi mikir dan punya cita-cita baru....

Kalo aku udah gede nanti....aku mau jadi kayak Bude Nunuk.

Iya. Jadi kayak Bude Nunuk.
Bude Nunuk adalah salah satu keluargaku yang paling religius. Dibanding saudara-saudaranya yang lain yang nggak bisa baca Quran, Bude belajar agama Islam dengan sangat (sangat) istiqomah. Pokoknya setiap aku main ke rumahnya selalu solat tepat waktu dan malu sendiri kalo skip solat Subuh. Bude Nunuk adalah salah satu keluargaku yang naik haji pertama kali dan udah beberapa kali umroh. Beliau bukan termasuk orang yang kaya banget, tapi hidupnya cukup.... Dan ini.... Aku sungguh ingin jadi kayak Bude Nunuk suatu hari nanti kalau aku udah punya uang yang berlebih untuk memenuhi kehidupan dasarku sendiri.

Aku ingin menyelamatkan mimpi-mimpi banyak orang yang digunakan untuk kebaikan bersama. Aku ingin memberi tanpa peduli berapa sisa yang aku punya, just because I know what I can give now, will come back to me later. Aku ingin jadi orang kaya yang nggak pelit.

Kalo sekarang pelit ya mohon maklum.... 
saya harus menghemat banyak sekali pengeluaran akhir-akhir ini

What I want to point out in this post adalah bahwa........ one little act of kindness will take you somewhere you never know. Gampangnya, coba bayangkan. Waktu Bude Nunuk nyumbang 1 juta buat PLP-ku, apakah beliau akan berpikir bahwa uang donasinya akan membuat seorang aku ini menambah daftar cita-citanya menjadi wanita yang sedermawan, se-istiqomah, dan sebaik dirinya? Tidak kan. Pasti niatnya hanya ingin beramal dan siapa tahu, yang beliau lakukan ternyata lebih dari itu. Seperti itu.

***

So then, keep serving.
Keep giving.
You don't know whose life you're saving.

Sebuah Mimpi yang Aneh.

Penasaran nggak kemaren malem aku mimpi apa?

Cepil sama Dapit nikah.

Lucu banget yak? Aing jg gapaham.
Ini mimpi aneh banget sebanget-bangetnya.
  1. Q nggak sebrapa deket sama Dapit. Ya mayan akrab gegara sekelas pas TPB sm suka becanda-becanda aja but that's all.
  2.  Apalagi sama Cepil.
  3. Mereka menikah?!? WKWK. maksudnya they are ex and everyone still makes fun of that fact sometimes but who thought they're gonna get.....married?

Too insane.
Ga ngerti gimana ceritanya mimpinya pokonya ujug-ujug dapet undangan nikah dari Dapit sama Cepil terus ternyata nikahannya di rumah salah satu dari mereka gitu dan nikahnya tuh kayak deket-deket lulus wisuda gitu karena semua orang belum kerasa 'reuni' banget karena baru aja pisah. Like....wow ini mimpi kocak bgt sih parah sbenernya wkwk karena di mimpi itu inget banget anak-anak semua ketawa-ketawa karena siapa sangka Dapit sama Cepil yang udah jadi mantan dan lucu gitu tiap dicakin ternyata pada akhirnya CLBK dan nikah juga.

Sumpah ya w gangerti bagaimana harus mengartikan mimpi.
Mimpi ini beneran bunga tidur atau apasi sbenernya helo?????
Kayak sebenernya I've been making up some sorts of scenarios I'd use for Nabil's birthday the upcoming date for the sake of 'finishing' the unfinished one and setelah dikasi mimpi ini somehow jadi kayak.......apakah ini pertanda sebuah cinta lama bisa bersemi kembali dan balikan could possibly be a way to happy ending?

Sekali lagi, entah.

January 20, 2018

Bu Ten dan Pak Kicu.

Hari Rabu lalu aku sekeluarga ke Probolinggo, tempat Gatun kerja. Di perjalanan berangkat, pembicaraan di mobil tiba-tiba tentang THR (Taman Hiburan Remaja) Surabaya dan daerah sekitarnya dan tiba-tiba Mama bilang....

"He. Ten meninggal lho."

Oh wow. Innalillahi.
Ten adalah salah satu pemilik warung langganan favorit keluarga dengan menu kesayangan cumi hitam. Dulu Ten adalah ibu kosnya Papa yang baru merantau dari Wonogiri. Sumpah ya, resep cumi Ten adalah yang terenak yang pernah tak coba. Nasi putih + cumi + bawang goreng dan udah, nggak ada duanya udah. Dan terus sedih....kalau Ten sudah meninggal berarti aku nggak akan pernah makan cumi Ten yang enaknya banget (buanget) itu lagi. Katanya Ten meninggal udah lama, jauh sebelum adekku daftar les (which means kira-kira Juli) dan sejak itu warung Ten udah nggak buka lagi. Sedih banget kan?

Lalu perjalanan pulang dan Papa ngelewatin Pondok Marinir dan tiba-tiba Papa bilang....

"Pak Kicu udah meninggal, nduk."


Boom. Dua kali.
Pak Kicu adalah tukang sepatu yang suka bikin sepatuku jaman SMA. Sepatunya bagus banget. Dulu aku suka promosi di kelas bahkan sampe ada temenku yang nitip. Harganya cuma 60-70 ribuan doang dan awet. Jadi jaman aku SMP tuh suka beli sepatu hitem pantovel di Bata atau Matahari gitu dan suka rusak setelah 6 bulan secara tiap haru dipake. You know harga sepatu disitu kan ya rata-rata 100-200 terus rusak tiap 6 bulan kan sedih yak. Bayangin sepatu Pak Kicu tuh awet sampe lebih dari setahun padahal dipake tiap hari. Selepas SMA aku udah nggak pake sepatu item lagi jadi ya kabar-kabar Pak Kicu udah lama nggak denger kecuali kalo lagi lewat Pondok Marinir aja suka bilang "Eh ini Pak Kicu." Untungnya, usaha sepatu Pak Kicu masih dilanjutkan sama pekerjanya yang lain.

***

And so that's how it goes.
Dua kabar duka dalam sehari atas dua orang yang kamu hargai jasa-jasanya sangat menyedihkan nggak si. What can I say, setiap orang punya masanya sendiri-sendiri.

Everything. Is. Temporary.

January 16, 2018

Unfinished.

 Lily to Robin.

"You're not just deleting a number, you're deleting a part of your lifeYou know, all those memories, all those experiences. It's like you're admitting they're gone forever.""Lily, this is a number that you will never dial again.""I might.""No, no. But you keep it in your phone because it reminds you of a version of yourself that you could be, even if it's a version of yourself that you'll never becomeAnd that's okay."


 Lily to Robin.

"Where's the poop, Robin?" "How do you do that? You are like a bomb-sniffing dog, except with poop.""You are a poop-sniffing dog. I think that's just called a dog.""Where's the poop, Robin?""Fine. I called Don again. Hey, Don! It's Robin again. Look, I am sorry for all the calls. It's just, I saw you on the news, and it made me a little crazy for a minute. I guess I wasn't as over our breakup as I thought. But I want to say, from the bottom of my heart, I am going to kill you. No No, I'm not. I am happy for you. And that Asian slut on your Facebook page. She's dead, too.""I thought you deleted his number.""I did, but it turns out, I memorized it. You can't delete contacts from your brain, Lily.""Well, you have to try.""If you ever want to have closure I am never going to have closure. Okay? Closure doesn't exist. Okay, one day, Don and I are moving in together, and the next thing I know, he's on a plane to Chicago. It just ended. And no matter how much I try to forget that it happened, it will have never not happened. Don and I will always be a loose end. We'll always be...."


Ted.

"Unfinished.Gaudi, to his credit, never gave up on his dream, but that's not usually how it goes.I mean, usually, it isn't a speeding bus that keeps the brown, pointy, weird church from getting built. Most of the time, it's just too difficult or too expensive, or too scary. It's only once you've stopped that you realize how hard it is to start again. So you force yourself not to want it. But it's always there. And until you finish it, it will always be..."

Unfinished is my favorite How I Met Your Mother episode ever. And frankly speaking...my poops are still everywhere and am still trying to get things (finally) finished. Hey Robin high five, we have something in common.

January 5, 2018

Sick.

Am so sick of people who said they'd be there,
but left.

I miss my sister and her loyal bear friends.

January 4, 2018

Family.

Minggu lalu waktu mencari waktu sendiri dan ke Togamas untuk cari buku-buku bagus, aku sempat kepo sama sebuah buku kalangan seseorang yang lupa namanya siapa tapi judulnya 'Jangan Baca Kalau Kamu Sensi'.
Not exactly, tp judulnya semacam itu.

Di bagian belakangnya, bukan sejenis sinopsis yang kayak biasanya ada di buku-buku tapi lebih kayak sebuah cerita. Inti ceritanya kira-kira begini:
Ketika kamu mati dan dikuburkan, kamu akan melihat semua orang bersedih dan menangisi kepergianmu. Ibumu pingsan, kakak/adikmu meratap, teman-temanmu terdiam. Kamu juga akan menerima banyak pesan singkat secara pribadi maupun ungkapan penghargaan di media sosial. Sayang, kamu sudah tiada untuk membacanya langsung.
Beberapa hari kemudian, teman-temanmu mulai biasa saja. Pesan singkat juga semakin sedikit jumlahnya. Lama-lama kamu akan dilupakan.
Tapi akan ada yang masih sedih, masih kehilangan. Dan kamu tahu siapa? Keluargamu.

***

Cuma 10 hari di rumah aku benar-benar belajar banyak. Tentang menghargai, tentang menahan ego, tentang meminta maaf. Dan jujur, aku sangat belajar banyak tentang arti keluarga. Aku juga jadi menyadari betapa sayangnya aku sama Mama, Papa, Iyak dan Gatun, betapapun aku lagi kesel sama mereka.

Kalian tau ga sedihnya merantau? Kadang mereka jalan bersama dan menciptakan memori tapi kalian nggak ada di memori itu. I'm so left out in my family. Tapi setelah sekian lama, aku baru menyadari betapa inginnya mereka ada aku di memori itu. Kirim foto, cerita-cerita... Hanya supaya aku ikut dalam memori itu. And what I did? I scrolled them, not realising how much they value me all this time.

Pada akhirnya, balik ke Bandung kali ini bikin aku sadar.
Family is family.

Satu-satunya yang akan memperjuangkanmu dan rela membayar dengan pengorbanan adalah keluarga. Either bound by blood, or by heart.


***

Bagaimanapun tidak sempurnanya keluargaku menurutku,
aku sayang keluargaku. Aku yakin ini keluarga
terbaik yang Allah beri untuk aku.

Semoga mereka merasakan hal yang sama terhadapku, aamiin.

A Shoulder and A Rub.

Ga ngerti rasanya depresi. But I think I'm feeling some kinds of.... Entah.

Aku sempat mikir apa artinya aku hidup ya. But then again I know I have a reason to live. Kalo aku akhiri semuanya sekarang aku nggak jadi bikin diriku sukses. Aku nggak jadi bikin mama papa bangga. Aku nggak jadi bikin keluargaku hidup enak. Aku nggak jadi bikin Develop Dolly berhasil. Aku nggak jadi bikin Seminar IECOM lancar.

Aku nggak mau mengakhiri hidupku tapi aku nggak tau cara membuat semuanya baik-baik saja.
Aku....lelah.

Mungkin aku yang salah karena ngambil semuanya di saat bersamaan. Tapi aku tau, this so-called feeling I mistake as depression, maybe just some kinds of sadness built up from unfinished things I have in mind for now.


Aku harus gimana lagi sama Basdat sih ya Allah. Harus gimana. I'm not going to live my life as a coder. I can't. Kayak macan disuru naik pohon apa bisa? Aku tuh nggak bisa coding dan nggak tau apa aku akan bisa atau nggak.
Don't "kamu bisa Beth, gue yakin" me. I'm so done with that. Ini bukan masalah mindsetku dari awal udah nggak bisa. Tapi aku memang gak bisa. Is it so hard to see?

Kenapa aku harus di NIM Ganjil. Kenapa harus ketemu Bu Rajes yang nggak meluluskanku di semester 3? Aku yakin aku lulus kalo aku di kelas Pak Wisnu. Dan sekarang.......gosh
Aku....capek.

Dihantui basdat. Dihantui semua ini. Aku tau I have alot of people I can tell if have problems but I am just too......embarrassed. This may be my ego but.... Pernah nggak sih di posisi kalian udah capek banget sama segala hal dan kalian cuma pengen berhenti sama semuanya? Kayak 'apa apalagi, kasi semua ke aku sekarang kasi'. Absolutely: WHY ME. OVER AGAIN.

I am in that phase.

***


Whoever you are reading this...
I don't know whether this is just sadness or depression....
but chill, I'm not going to suicide.

I just need a shoulder. And a rub in the back.

Yang Aku Pelajari dari PLP dan Dolly.

In then end, results won't really matter.
It's whom you meet and what you learn along the way.


***

Abis ngerjain pulse check PLP fase 2 jadi menyadari ternyata sudah cukup banyak perkembangan sejak pulse check 1 hehe. Sering ngerasa gt nggak si kalian? Awal-awal kerasa kayak nggak mungkin, susah, terlalu banyak hal yg harus dikerjain and blablabla... Eh tapi meskipun terseok-seok akhirnya menyadari kalo we've actually came a loooong way terus jadi senang. Hehe. Definitely what happens today saat ke Dolly dan GMH kesekian kali.

Hari ini dapet banyak insight sih...yang paling menohok dan bikin aku berpikir adalah....mas Fajri bilang supaya lebih berdampak mending bawa UKM-UKM itu keluar Dolly dan beneran ngelihat kayak Lapis Surabaya gitu kalo oleh-oleh yang dipajang disana itu ternyata ya gitu2 aja dan menaikkan semangat mereka untuk berani nitipin Samijali/Orumy di tempat-tempat kaya gitu.....OH WOW ini adalah ide yang sangat bagus sebenernya dan impact nya memang lebih kena... Tapi aku terlanjur janjian sama Ave buat pembicara...huhu. Well kalo misal kita bisa dapat 3 juta dari kitabisa then aku mau tatag deh nganter mereka ke Lapis Surabaya. Bismillah ya.

Sebenarnya bukan itu sih fokus tulisan ini. Tulisan ini hanya....ingin berterima kasih aja sama Tuhan.
Jujur aku kadang merasa bersalah ngerjain PLP ini kadang males....dan makin merasa bersalah setelah aku sadar kalo kadang aku ngerjain semua ini tuh just for the sake of 'getting done'. Such an understatement. Waktu itu miranda pernah cerita temennya yang PLP-nya dikarang seakan benar-benar terjadi dan nobody knows kebohongannya dan dengan jijiknya aku sempat mempertimbangkan apa aku gitu aja. Oh....beth...

Tapi aku sepenuhnya sadar.
I could just make up lies out of all of this....but if I do....how on earth could I be called as Young Leaders? Just....how?
Aku bisa bohong, aku bisa manipulasi. Tapi kalo aku melakukan itu semua apa masih layak aku dibilang calon pemimpin?
Kayaknya kok nggak etis sama sekali.

Jadi aku memilih untuk....bertahan. Aku tau ini liburan, aku tau IECOM need lotsa thinking and consideration at the moment, aku tau aku capek...tapi aku rasa ini namanya tanggung jawab, bukan cuma tanggung jawab komitmenku pada YLI, ini juga tanggung jawab sosial. Hidup puluhan masyarakat Dolly bisa aku bantu kalau saja aku mau dan mampu berusaha lebih keras....dan ini bukan main-main.

Apapun yang akan terjadi di PLP ku nanti...aku bersyukur aku memilih apa yang aku lakukan saat ini. Siapa yang menyangka aku akan kenal dengan masyarakat Dolly? Melihat Dolly dari sisi lain, menjadi volunteer GMH? Dan yang terpenting: kenal dengan orang-orang yang sangat baik dan hebat dengan semangat yang tinggi untuk sesama?

1. Mas Adam: Mesin ITS 2012, sangat sangat baik dan mau bersusah payah bantuin dan nemenin ke daerah Dolly dan jadi kawan diskusi dan tour guide Dolly yang baik. Aku ngutang puluhan es krim lah pokoknya.
2. Mas Fajri: mantan KABEM ITS yang sekarang jadi ketua GMH padahal doi orang Jakarta. Such a commitment. Dan beliau sangat rendah hati...aku bahkan baru tau kalo doi KaBEM ITS dari Manda. Bener-bener menohokku untuk gaboleh sombong.
3. Mas Dalu: founder GMH, YLI National Wave 2, fellow Smalane. Yang pertama kali ikut dimaki-maki karena GMH dikira cuma mau numpang tenar dari penutupan Dolly aja. Sejak aku masi di Smala juga udah terkenal kehebatannya....dan akhirnya bisa ketemu langsung! Alhamdulillah.
4. Amanda: winner UFLL yang bakal ngewakilin Indonesia ke London dan partisipan beberapa program exchange. Baru ketemu pas WULF November kemaren dan ternyata klop bangetttt. Udah cerita buanyak panjang lebar terus baik banget mau dimintain tolong banyak hal.
Semua orang-orang hebat ini aku temui karena aku mengerjakan PLP so why would I want it any other way? Ya Allah terima kasih. 2018 baru jalan 3 hari dan aku sudah bertemu banyak orang hebat hari ini.

***

Anyway, sedikit potong cerita hari ini.
"Man, sebenernya PLP ini terserah kita banget. Mau ngerjain apa, dimana, kapan... Jadi sebenernya aku mau cari yang gampang ga ngeluarin duit jg bisa."
"Terus kenapa Dolly?"
"Karena aku.....pengen. Karena aku penasaran apa yang ada di Dolly. Karena it's challenging."
Bottom line is: sometimes you just have to follow what scares you the most for it will lead you to the most unexpected things out of your comfort zone.

Sejak ngerjain PLP ini aku jadi sadar aja sih, kalau niatnya baik, aku yakin Allah bantu selesaikan urusan kita. Aamiin.

January 1, 2018

Before You Speak.

Ask yourself:
"IS IT TRUE?"
"IS IT NECESSARY?"
"IS IT KIND?"

The biggest, biggest lesson I learned in 2017, I can probably say, is what I gain today. Yes, the last day. After 2-3 days of contemplating, being alone, less talking, more thinking, casually coffee-shop-hopping around the city to calm myself down........

I have always been supporting truth over kindness, how harsh it may sound. While this one week truly showed me....how kindness will always win. As I grow older (and hopefully, wiser) I know it's much more difficult to be kind than to be smart, and honest.

Image result for people will forget what you said


As we welcome 2018 tonight, I want to deeply deeply apologize to whatever rude things I've said/done to any of you, consciously or unconsciously. I really am sorry......

If I'll ever let you know my biggest fear........ it is oblivion. I'm afraid of being forgotten. Sound selfish, right? I am. And if I'll ever cross your mind someday somehow, I want you to remember how I made you happy, content, and good about yourself. Not how I let you down.


I believe we are all learning to be kinder every single day. I am struggling, but I am trying.
2017, you've been great. I am thankful.