Pages

February 27, 2017

Mau Ngapain di Hidup Ini?

Been struggling these past 3 days with: IDP. Individual Development Plan.

Baru denger istilah ini waktu workshop pertama XLFL Bandung Batch 5 kemaren. Dipikir istilah biasa aja...tapi ternyata. Jadi gini, Sabtu kemaren aku ikut seminar dari Astra Daihatsu Motor (ADM) gitu terus ternyata yang dimaksud sama banyak orang kalo Astra punya program pengembangan diri juga tuh adalah Astra First cuy. Terus katanya buka pendaftaran April besok FIX DOAIN AKU!!! Nah terus ternyata katanya di Astra First ini nanti salah satunya adalah bikin IDP juga dan dibimbing mentor juga HMMMM sejenis XLFL yha ternyata tapi gapapa ku tetap ingin.

Kalo dari XL penampakannya gini dan sebenernya itu ada berpuluh-puluh halaman beserta guidance cara ngisinya, parameter yang dinilai, cara menentukan prioritasnya, dan tentunya ada plan kita sendiri dong.


Setelah sekian lama ku bertekad untuk bikin IDP dengan nggak mepet deadline, ternyata yha sama aja. Gimana ya, aku punya love-hate relationship sama hal-hal kaya gini. Kalo lagi baru dikasi tau caranya aja kaya langsung semangat gitu eh kalo udah pulang mau ngerjain malesnya masyaAllah :(

Setelah melewati 20 tahun kehidupan, akhirnya ku menemukan bahwa salah satu yang paling susah untuk dibuat, yang selalu ditakutkan oleh orang-orang dewasa itu, adalah: tujuan hidup.

Eng ing eng.
Ternyata, bahwa hanya untuk menentukan arah mana yang akan dituju 20 tahun lagi, 10 tahun lagi, 5 tahun lagi, tahun depan, bulan depan, atau bahkan besok aja, sesusah itu. Itulah kenapa IDP ini ga kelar-kelar, karena I don't even know where to start.
Agak menyedihkan ya, seorang mahasiswa yang jauh-jauh merantau ke institut yang katanya terbaik bangsa, nggak tau mau ngapain di hidupnya. Sigh. That's why growing up is SCARY. Karena meskipun tau mau ngapain tapi nggak tau caranya aja udah menakutkan, apalagi kalo malah gatau mau ngapain. Mo bunuh diri neng?

Sebenernya ku nggak semenyedihkan itu kok tapi. Maksudnya at least aku tau kalo 'Oh suatu saat aku harus jadi ini, aku harus kesini, aku harus melakukan ini, aku akan membuat ini, itu banyak sekali' lalu berakhir nyanyi lagu Doraemon masyaAllah beth jayusmu gak ilang-ilang. Njut, tapi untuk mem-breakdown segalanya jadi terlihat achievable itu ku nggak pernah bisa...........atau nggak pernah berani, lebih tepatnya. Karena semakin itu terlihat real, semakin aku takut kalo aku ngga pernah bisa mencapainya. Lalu akhirnya, seperti biasa, I end up going with the flow instead dengan short-term targets yang nggak selalu tercapai apalagi mengingat banyaknya distraksi sepanjang perjalanan yang bukannya diabaikan malah kadang diikuti.

Menurutku, salah satu yang menarik di hidup ini adalah ketidakpastian ini. Ketidakpastian yang dimana-dimana kita takutkan ini. The higher the risk, the higher the profit. The higher the uncertainty, the higher the excitement. Trade-offnya? Tentunya adalah kematian bagi yang tidak sanggup bertahan. Iya hidup emang kejam.

Tapi ya kita bisa apa. Yang punya nyawa emang kita, tapi yang punya hidup siapa?
Jadi yasudah, disinilah saya kembali. Menatap layar laptop sambil menulis blog meratapi ketidakpastian hidup, bukannya belajar Ergonomi yang besok Rabu ujian.

February 25, 2017

Bersyukur.

Bahwasanya, di antara jam-jam hari Sabtu yang baru saja terlewati di sebuah kafe ber-wifi bermenu khas indomi dan roti bakar di bilangan Dipati Ukur,
dimana segerombolan sahabat sedang bercanda dan bermain Uni Stacko dengan begitu lepasnya,
dimana banyak sejoli melepas rindu, bercerita serta bertukar pandang,
dimana empat wanita cantik yang mungkin dilabeli geng cewek badai oleh sekitarnya menunggu tempat kosong sambil bicara make-up, dan
dimana kawan lama bersenda gurau sembari menyeruput kopi dengan rokok di tangan

ada tiga wanita kucel yang sedari jam 4 sore hingga 11 malam menatap layar laptop, terkadang sembari berdiskusi, mengernyitkan dahi dan tertawa atas kesalahan sendiri, mengaplikasikan rumus, menulis, menghapus, menulis, menghapus lagi, berusaha membuat peta kerja agar se-efisien dan se-efektif mungkin padahal untuk membuat hidup mereka sendiri tanpa cela saja hampir tak bisa.

Selamat datang di dunia kami, mata kuliah Perancangan Lay-Out.
Semoga semua waktu kami yang terbuang bersamamu akan tergantikan dengan momen indah akibat pelajaran yang kami dapat darimu. Semoga.

Serta mungkin, di antara sekian banyak hari aku merasa jurusan ini perlahan mulai memuakkanku, sejatinya hari ini Allah ingatkan aku bahwa menjadi bagian dari program studi ini di institut ini, bagaimanapun keadaannya, harus selalu disyukuri dan tetap diperjuangkan.

Salam industri.

February 24, 2017

Living Inside The Shell.

Some nights ago I checked on my best friend's instagram profile from one famous engineering institute in my hometown. Guess what? She's going abroad again this year, having her 3rd exchange since we stepped on college life.

I looked at my life right away.....
And realized I have done nothing to my life. Exactly nothing compared to her.

Well I won some beauty contests here and there but that's.....all. That's that and only that.
Having a college life in this so-called best engineering institute in the country surely is something I am grateful of, but somehow.... that life is the same life I am complaining right now. The same life I wish I could pause a little while to breath a fresher air. The same life I constantly try to get away every day I wake up. The same life I hope I could change for a sec with whoever I thought having an easier one.

What am I doing here? Why the hell I chose to spend my college life this far? How could I be so sure? What keeps me going?

They want us to explore the world yet at the same time they take away our wings.
They ask us to step on as many places as we can while all they're doing is limiting our directions.
They wish us the very best of luck for our bright future and keep giving us the same black color as borders.
What is happening?

This college day was the day I kept waiting for every possible opportunity I could take. Some I might have taken, but some....are gone by the deadlines, reports, quizzes, exams. Here my life is a series of:

2 weeks of happy days
2 weeks of enjoying homework-free while college starts looking dull
Practicum
Reports
Sleepless nights
Wake up at 8
Class at 10
Mid-test next week
Other subject's mid-test next week also
And suddenly next week is full of mid-tests
Practicum again
Report again
Forum himpunan
Gak kuorum
Forum again
Practicum
Lab-assisting
Tubes A
Tubes B
Tubes C.....Z
Final tests
.
.
.
ALL.IN.REPEAT.MODE.EVERY.SEMESTER.

I envy her who chase for the meaning of life by visiting places and seeing the world, not by cups of coffee nor pile of reports which will end up as bungkus gorengan, even if we come to the same orifice. The workload, I'm not saying it's unbearable. IT IS, but....what kind of self-development do you expect from the same college buildings in days and 24-hours cafes at night on almost daily basis? We keep going but going nowhere.

I mean, what do they want us to be in the future? A bachelor of Microsoft Office?
Interesting offer, but no.

Still a proud industrial engineering student, tho.

February 23, 2017

Sudden Gloom.

"Beth, lagi nyantai nggak?"
"Kalo iya nanti jam 11an butuh telinga."

I am all ears,
and here.

February 22, 2017

Pretty Things, Happy Colors.







Pics by: dallas clayton
his drawings...MASTERPIECE!
❁ if those don't make you smile then I don't know what will 

February 21, 2017

Per-KP-an Ini.

Intinya malam ini aku lagi beresin hal-hal buat per-KP-an. Dan ternyata rebek juga ya bok.

Dulu pas liburan sih niat banget buat daftar A, B, D,.....Z tapi apalah karna ngga ada surat pengantar dari TU ya hanya bisa menghembuskan nafas. Terus sekarang udah ada surat TU tapi tetep kenapa teteeep susah.....mulai :( dasar bethari mager

Entah ya, semua plan yang sudah disusun agaknya mulai berantakan. Mulai takut nggak keterima perusahaan ini itu karena bodohnya aku ngajak semua manusia yang IP-nya udah nyundul langit (alias tinggi banget) itu buat KP bareng aku yang IP-nya nggak ada apa2nya ini alias sama aja gue bunuh diri ancollll beth why are u so stupid?!?! tapi ya ku percaya sih kalo udah rezeki nggak akan kemana.

Masalahnya ya Allah, aku ini masih belum dapet tempat KP yang pasti sedangkan Shiddiq sama Aisha udah dapet aku takut nanti gada perusahaan yang mau nerima manusia gendut bin mager ini jadi intern-nya gimana nasibku hu.... dan juga, sekarang ku mulai insekyur dengan penampakan CV-ku yang nggak ada menariknya sama sekali, alias ku gapernah ikut lomba yang lolos gitu lho ya Allah sedih banget...sedangkan semua orang pada ke Medan lah ke Jogja lah Malang lah ikutan lomba ini itu. Bukannya ku gapernah ikut tapi ya gimana selama ini kalo ada lomba tuh pengen ikut, tapi kenapa oh kenapa akunya kaya ga niat gitu syukur2 belajar seringnya sih enggak makanya hasilnya telor dinosaurus alias NOL BESAR. yak mari berkabung untuk diriku

Jadi ke depan mau ngapain?
Yak oke jadi intinya aku akan tetap melanjutkan perburuan perusahaan KP ini. Ya Allah ku gamau gabut suwerrr huhu gamau dapet perusahaan yang menggabutkanku plis karena kalo aku gabut yha ngapain aku sibuk2 KP kalo di tempat KP juga dianggurin mendingan di rumah aja enak.


Tentang per-KP-an ini:

1. Buat proposal Marina & Acnes (meskipun ga pengen2 banget tapi yah let's try kayanya seru juga kalo di kosmetik kali ketularan cantik --> ganyambung)
2. Kirim proposal ke Mondelez (LAGI)
3. Cari suratnya Lazada dan Traveloka yang menghilang entah kemana???? kalo lagi nggak butuh aja tiba-tiba ada!
4. Tanyain Om Nu tentang KP di Nissan sama buat suratnya (tapi manuf hix kuingin yang FCMG atau kosmetik saja)
5. Ngisi form KP di ...........rahasia sis doakan saja lolos ya.

--


Dan bukan tentang per-KP-an.

Ku ini lagi freak banget tentang acara2 self-development gitu ceritanya. Makanya sejak lolos XLFL ku rajin banget cari info ttg itu tapi nggak dapet2 sekalinya dapet dan dihubungi, ternyata doi mencari FINAL YEAR STUD.......dan terbuanglah kans w karena lulusnya masih lama. Atau sekalinya dapet info juga...ternyata doi udah tutup pendaftaran atau udah dicoba dan ga lolos dan tiba2 temen aing yang di pengumumannya ngga ada namanya lolos like ?????????dude hello nama lu muncul dimane bro??????? yasudah mungkin belum rezekinya aku


***

Btw malem ini aku beralih dari spotify ke soundcloud yang sudah berdebu virtual kelamaan ga dibuka. Dengerin suaranya Barsena sama Alika ya Allah pengen nangis, soundcloud is truly hidden gem!!! Dan ya..meskipun suaraku nggak bagus2 amat tapi jadi pengen nyanyi2 lagi disana juga jadinya (dan teringat post terakhir di soundcloud adalah 2 tahun lalu buat yel-yel OSKM superkocak HAHA KANGEN 40)
Tapi masalahnya, mau nyanyi mo ngerekamnya pake apa?! Nah liat aja, Bethari kalo udah nemu masalah meskipun seupil gini jadi males.

BUT LET'S JUST SEE

Apakah aku akan kalah melawan kemageran mencari cara supaya bisa ngerekam bagus
atau
apakah aku akan menang melawan kemageran dan mengaplot sebuah lagu baru disitu.

February 20, 2017

Them Girls and Meh.

Instagram sudah merambah dunia per-Snapchat-an dan dunia orang lain, perlahan menjadi duniaku juga lewat instastories dan live.

Bad thing? Well, two sides to every story.
Kalo kata Keenan Pearce:

And I cant agree more.

Akhir kata, akhir-akhir ini, setiap lihat instastories, I end up crawling on my own insecurities.

Ya gimana enggak.
How on earth, them gurls on instastories manage themselves to look that flawless, in such beautiful flowy shiny end-curled hair wrapped in beautiful dresses and final-touched with on fleek eyebrows while you look at the mirror and find someone who's constantly in hustle-bustle rush one hour to class, running out of time drying hair with such hair-styling tools (simply because she can't operate so why bother buying ones) and let God do the drying naturally by sunlight & wind, and can finally manage herself to brush her hair in between the lectures with her very casual jeans and hoodie outfits every single day,
aka you yourself alone.

Just, how?

Adjustment.

Minggu kemaren adalah minggu yang...entah bagaimana mendeskripsikannya.
Diawali dengan euforia pengangkatan asisten LSP di hari Minggu dan diakhiri dengan dua hari weekend yang well-spent.

--

Di sini (Teknik Indutsri ITB), menjadi asisten lab adalah sebuah....kebanggaan. Meskipun nggak semua orang bertujuan untuk jadi asisten lab di masa kuliahnya. But I am one of those few who do.
Jumat kemarin, tunbenan himpunan rame. Ya, I'm not saying aku adalah hantu himpunan yang tiap hari kesana. Tapi sebagai orang yang cukup sering menjadikan himpunan sebagai fasilitas yang nyaman untuk nungguin kelas, jadilah maka jadilah. Dan ku jadi bertanya-tanya.

Ternyata, banyak yang lagi nugas, dan nungguin urusan perasistenan.

Urusan perasistenan? Iya. Wawancara LIPSP dan Pembagian Paper LSIK.

Adalah Fem (Farhan Mutaqin) yang kalo panik langsung kelihatan dari mukanya, dan jalan kesana kemari buat ngobrol dan minta doa ke semua orang.
"Beth, doain gue ya. Gue mau wawancara LIPSP nanti. Takut banget ga keterima, gue merah."
"Ah, Fem. Kan masih ada LSIK. Kamu LSIK juga kan?"
"Iya, tapi lebih pengen LIPSP, Beth. LSIK tuh....ah. Pokoknya doain gue LIPSP. Gue lebih ngeh LIPSP."
Ada juga Gaby, alias Gabriella Wita Yaritza, primadona TI yang cantik dan anggun tapi sebenernya agak ancur juga kadang-kadang (ancur in a good way lah ya), yang tiduran tapi kelihatan sambil mikir.
"Wawancaranya tentang apa ya."
"Banyak, Gab. Biasa aja kok, ya tentang TA, tentang yang MT (makan temen) gitu-gitu juga ada. Tentang kesibukan...", kata Aya, my fellow asisten LSP.
"Hmmfh. Gue udah gak kepikiran LPOSI soalnya tinggal wawancara dosen doang jadi nggak ada wawancara yang penilaian asisten gitu. Kenapa sih gue merah LIPSP, kenapa sih yang pengen banget LIPSP pada merah. Grrrr, ya gak, Fem?"
Ada orang yang tujuannya adalah menjadi asisten lab.
Tapi ada juga orang yang tujuannya adalah menjadi asisten lab A.
And it's a whole different thing.

Pada hakikatnya, aku yakin setiap orang berangkat dari pernyataan kedua. Namun pada perjalanannya, beberapa tergoyahkan oleh proses rekrutmen yang penuh drama atau idealisme yang tidak sejalan. Beberapa lagi harus tergerus seleksi IP yang menyedihkan atau penilaian subjektif asisten yang ..... (isi sendiri) yang membuat mereka berpindah haluan menjadi pernyataan pertama dan mendaftar banyak lab untuk memperbesar kemungkinan mereka mencapai tujuannya.

And here's to the other way around.

Adalah Hanaya Atiya, teman sekelasku yang setauku sangat ingin jadi asisten LSIK dan Welly Pramana, teman sekelasku yang lain yang sangat ingin jadi asisten LIPSP.
Dan mereka baru saja dilantik jadi asisten LSP.
Mungkin iya mereka kecewa pada awalnya karena nggak sesuai dengan pilihan lab awal mereka, tapi seiring waktu, aku melihat mereka menikmati waktu menjadi asisten LSP.


***

Kadang hidup berjalan nggak sesuai dengan yang kita rencanakan. Dan hidup nggak akan peduli apakah itu akan membawa kebaikan atau malah keburukan buat si empunya kehidupan.
Tapi aku percaya satu hal: it will be totally fine, you will be totally fine, as long as you adapt.

Karena amanah tidak pernah salah memilih tuannya,
dan hidup pada dasarnya adalah tentang adjustment.

February 19, 2017

World of Words.

Since I decided to do this blogging thingy over again last year, I learned a lot.
I mean, I was not the kind of person who...writes. Isn't it obvious? I talk. A bit too much sometimes. And find it a bit hard to pour it into words which definitely, will take more time than just finding that somebody and tell 'em what's in your head right away.

I am committing my self a year of consistency this year in everything I can think about, in positive way ofc (you sure as hell don't want me to be consistent on being all blue and grey and gloomy ok gone are those days!). In studying and academic stuffs, nonacademic ones as well, in writing, basically anything related to 'finish what you started' 'cause I left a lot unfinished business last year and it was horrible. So here I am.

Back again.
I don't read a lot. I read only 3-4 books every year (SADLY) since I went to college. Ok lets do the comparison. My highschool aimed to has the highest literacy number in Indonesia (does the word make sense? ok in Bahasa's simplest way I mean 'sekolah dengan tingkat literasi -baca buku- tertinggi) so the headmaster proposed us an annoying policy to start the class at 6.30 (intially at 7) which is pretty much a 'ASDSGFH!@%$#&$*?' for anak Sidoarjo like me who travels 45 minutes to school everyaday like 'what miss? do you want me to get up at 3, breakfast at 4, and go to school at 5 every single day? no thank you but i have to' kinda feeling and allocate the first 15 minutes to read book (be it fiction, science, and absolutely NOT textbooks) and write a short summary regarding to what we read that day. But somehow it turned out not bad, actually. As far as I remembered, I was quite the front runner in class. I am one of those who read the most in a whole month. I READ 7 BOOKS IN A MONTH (what an achievement!!!) and not to mention that was none of those chimpy books (it was Anne and the Green Gables Series, if you know). Ah jadi kangen sama novelnya :( SO YEAH, bottom line is: college life hits me hard.

This year, I commit to write more. Whatever the writings might be. I want to live as long as I can but I know I cant so I write since people say 'when you write, you'll live forever', right?

This journey of writing leads me to big beautiful world of words.
I end up paying more attention to poems, prose, sayings, captions, you name it. I end up following quotes accounts on instagram and being overly happy to find someone who links their bio to their blogs or tumblrs.
I love people and stories. I love reading events pretty much close to the world I'm living. I love reading people's feeling, their unspoken thoughts out-poured in such raw ways. I love seeing them from the points no one's ever tried to understand. I love imagining how their life was that they write such stories, and often I end up having refreshment about anything. There's always something I can look up to from them, something I can learn, something they unintentionally gave to me: a lesson, an inspiration.
That way I may have found the reasons why it's so hard for me to finish fictions: I hate dramas and stories I can't relate to. Fictions are surreal. End of story.

This journey of writing makes me read. Not in those piles of books but those tabs of blog posts.
I read my lecturer's blog and later did I know how much he loved his little family that he always talked about them in between the lectures. I read my fellow Infinity member's blog and later did I know she can 'see' umm.... the parallel universe we have (which is a subtle way to say...... ghosts and such spirits.....ummm....ok lets move on). I read one famous blogger's blog and later did I know her boyfriend committed suicide one day. I read my ex-crush's ex girlfriend's tumblr and later did I know that she's not that creepy like creepy ways he used to tell me (frankly speaking- her writings are ALL GOOD. ALL!). I read my understated classmate's tumblr and later did I know that she has exactly the same way of thinking as I am in some cases.
I spend a lot my time to read people's stories and end up gaining more about life.
So, what could have been better?

***

My writings here may won't give you a lot, but I hope you receive something. I may not write the best mind-blowing experience and share the wisest words, so let this be a reminder that I am just one miserable human being in a miserable world 'cause in the end of the day, we all are. Aren't we?




Anyway, here's my current (and likely, forever) favorite blogs/tumblrs:
Claradevi H. - that famous blogger
Yasmin Aruni - that ex-crush's ex-girlfriend
Dwi Wahyu - that understated classmate
and you'll understand what kind of stories I do read.

February 14, 2017

This Valentine's Day

Dear almost-lover.

There's a picture of us: you standing on a chair and holding me tight. My hands are wrapping around your waist. Your face lit with that crooked smile, your eyes kohl-lined, your hair scruffy from dancing too much. Somehow, I remember that picture even though we looked horrendous.
Maybe because it was vulnerable: there was no pretense, there was no pose, and we never uploaded it. It was just us: you, being your clumsy self, and me; trying to make sense of what I am holding. Often, you asked me to pick the best 'candid' shot after ten takes. You wrote photo-captions and made me edit them. If that didn't work, you forced me to find a profound line from the internet. I drunk-texted you, and you replied with voice notes singing my favorite songs. Every time I took you in my arms: I felt a strange warmth.

But for the world, we didn't exist.

Like a well-hidden secret, there are no traces of 'us.' No one asked us about it; no one comforted. There are no statuses, dedications, or pictures. It ended with as much swiftness as it began. One morning we woke up, and we were not there.

We were near it:
close enough to feel the intense rhythm; close enough to know it could be love.
But we went astray.

The worst kind of loss is the one that could have existed but never did.

Your absence is a space, and I don't have anything to fill it with. Even now, I sometimes hear those sleazy songs that you made me listen.

I scroll through your Instagram feed, read your captions, and I wonder who edits them.
I read our old chats, and I cry while laughing.
I drink and send you messages, hoping to hear you sing off-key.
But you never reply with voice notes.
Not anymore.


Words from here

February 13, 2017

Salah Satu Paradoks Kehidupan.

Aku punya sahabat, we have so much alike. Kita sama-sama baru pacaran serius waktu kuliah tingkat 2, dia September aku November. Eh, putusnya hampir bareng juga. Dia Juni, aku Juli. Sebabnya.....hm, kalo denger-denger dari curhatnya dia sih agak-agak mirip juga.

Bedanya?
Cerita setelah itu.

Aku merasa sedikit lebih beruntung karena hubungan ku sama mantanku setelah putus baik-baik aja, which means, kita nggak punya dendam atau sakit hati berkepanjangan (a bit trauma, maybe), meskipun kami nggak ada niatan untuk mencoba lagi juga.
Tapi untuk sahabatku itu, life's a bit difficult. Mereka satu jurusan, dan ya coba bayangin aja kalian satu jurusan sama mantan di prodi yang menjunjung nilai solidarity forever, yang kelasnya sering bareng, yang membuat kalian ketemu hampir tiap hari. Like.....how are you gonna recover? But by difficult, this is not what I mean. Peristiwa putus mereka adalah sebuah cerita yang belum selesai. Yang berakhir entah karena apa dan entah kenapa ke-berakhir-an itu meninggalkan tanda tanya yang meskipun sudah dijelaskan berkali-kali oleh mantannya, tetap menurut sahabatku belum terjawab dengan sempurna.

I imagine to be like her, with that kind of relationship.
Diakhir dengan alasan yang 'diadakan' dan disudahi dengan kondisi hubungan yang nggak baik. Gosh, aku, yang putus dengan alasan yang sangat jelas aja udah sakit banget. Like, just try to imagine. Ditambah kemungkinan untuk ketemu orang yang sudah menyakiti hatinya itu tiap hari? How are you gonna stop bleeding?
Sahabatku itu, agaknya sama kayak aku. Apa yang dimulai dengan baik, harus diakhiri dengan baik. Tapi mantannya sepertinya kurang bisa menerima ide itu. Jadilah sepanjang liburan di Surabaya kemarin, sahabatku curhat panjang lebar tentang ini. Gimana dia berusaha nyapa duluan tapi mantannya itu malah buang muka dan berbalik badan. Gimana dia berusaha ngajak ngobrol tapi dikacangin. Dan lain lain lain lainnya.


It got me thinking.

How should you act upon an ex?
Bagaimana hakikatnya memeprlakukan seorang mantan? Apakah 'menjaga jarak' atau 'menjaga hubungan baik' yang lebih baik? Lalu seberapa jauh harus menjaga jarak? Atau seberapa dekat harus menjaga hubungan baik?

Intinya, bagaimana hakikatnya kamu memperlakukan orang yang pernah kamu jaga hatinya, kamu doakan keadaannya, kamu bahagiakan harinya, kamu angkat kesedihannya, dengan sepenuh hati pada suatu waktu, di saat seharusnya kamu harus merelakannya?
Apakah ia hanya akan kembali menjadi 'orang lain' atau 'teman'?



***

A paradox may it sounds.
Kadang hidup ini begitu lucu. Gimana orang yang dulu kita ada di pikiran kita 24/7 tiba-tiba sekarang sama sekali ngga terlintas sedikitpun. Gimana orang yang dulu cuma morning greetings sebaris aja bisa bikin mood kita bagus seharian. Gimana orang yang dulu kita sayangi sebesar itu, sekarang cuma kita like lewat social media aja.

Kadang suka mikir, kenapa sebegitu dinamisnya hidup ini sampai kita nggak menyadari, rasa yang dulu sedalam itu, sekarang sudah entah kemanA, tanpa kita sadari, and we are slowly becoming another stranger to them. 

Here's one cool concept:
Dalam rangka melupakan, kita berusaha menganggap semuanya tidak pernah ada.
Dalam rangka menjaga hubungan baik, kita berusaha menganggap bahwa semuanya pernah ada.

Guys, isn't it funny to call your ex a stranger?
Stranger.
Which means, a person with whom one has had no personal acquaintance; an outsider, based on a website.
But with a memory.

And has it ever crossed your mind? Bahwa terkadang, kita mati-matian menjaga hubungan 'pertemanan' dengan mantan, hanya untuk menjadi 'orang lain' yang baik untuk mereka. One of the most twisted logic of all time in this life is: we keep being friends with our ex just to be a good stranger to them. Nope? Well, paling tidak, itu untuk aku.

Kadang aku merasa mantan memang layak dilupakan karena cepat atau lambat, we'll be turning to complete strangers to each other. But the other times, aku merasa mantan nggak selayaknya dilupakan. Simply because....we shared the same stories once. Dan diakui atau tidak, mungkin beberapa memori itu nggak akan pernah hilang sekuat apapun kita berusaha menghilangkannya.


***


Aku selalu ingin punya hubungan yang baik-baik saja dengan siapapun, termasuk dengan mantan.
Itulah kenapa aku se-freak itu ngechat Nabil 'Bil, kita harus jadi mantan yang nggak boleh awkward!' dan end up ditegur sama banyak orang dan dibilang 'KAMU NGAPAIN SI BILANG GT'.

Karena.......entah sampai kapan, setidaknya pikiran bahwa mantan memang nggak seharusnya dilupakan itu masih sedikit lebih benar menurutku, sesedikit apapun rasa yang masih ada.

Karena pernah ada suatu masa, dimana doa tentang kebaikan hidupku ia selipkan dalam ibadahnya pada Yang Maha Kuasa, dan bukankah itu terlalu indah untuk diabaikan?

(Yester)today's Photo Shoot: LSP? IN!

Adalah Bethari yang ingin mneghidupkan kembali #TodaysPhotoshoot pada blog ini karena terkadang, picture speaks louder than words (dan terlalu banyak meng-upload di instagram terlalu freak) kan?

Kiri-kanan atas: Cindy, Salma, Aya, Disa, ME, Angel, Silfia
Kiri-kanan bawah: Vania, Nanay, Neta, Violla, Anggie

Kiri-kanan atas: Diky, Tong-Tong, Fian, Raymond, Jordi
Kiri-kanan bawah: Welly, Helmi, Fafa

LSP 2014!

LSP 2013 & 2014!

Bersama post ini, saya ingin mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya untuk kakak-kakak LSP 2013 yang sudah menyambut kami dengan sangat berkesan di Warung Salse, 12 Februari 2017 kemarin. Begitu juga atas proses rekrutasi (yang mana pasti akan saya ganti jadi 'rekrutmen' kak tahun depan!!!) yang profesional dan drama-less tanpa meninggalkan unsur serius dan deg-degan di dalamnya. Above all, saya ingin berterima kasih sedalam-dalamnya karena sudah memberi saya yang nggak ada apa-apanya dan cuma anak bawang yang pindah haluan dari lab sebelah lalu sok-sokan kecemplung di produksi ini kepercayaan. Truly an honor!

Saya juga ingin mengucapkan sesuatu ke 19 teman-teman seangkatan LSP 2014 yang lain: we're all in this together. Semester ini dan semester depan might kill us but we've got each other's back ya, janji?

Semoga lab ini memberi apa yang kita cari, dan semoga kita memberi apa yang lab ini cari setahun ke depan.

Akhir kata, selamat bertugas, LSP 2014.
Setahun lagi kita menyambut 2015 sebahagia kakak-kakak kayak di foto ya :)

February 6, 2017

Tentang Sakit (dan Patah) Hati.

Who broke your heart?
Well, go say thank you to whoever they are!

"Everyone has one heartbreak that changes them."
Agree?
Well not kinda. I think it should be more than one. Everyone has heartbreaks that change them. And by heartbreak here I dont mean only those by boys, but by everyone. By a bunch of boys who were back-gossiping you while you tried so hard to look pretty, by the it girl who underestimated you, by your best friends who unintentionally made too much fun of your scars without them noticing, or even by your own parents, who said your flaws out-loudly to the relatives.

Salah satu yang membuat manusia berubah, yang membuat aku berubah, adalah sakit hati (yang terkadang mislead dengan dendam). Dan sakit hati adalah sebuah senjata yang sangat powerful, I must say. I spent most of my time back then regretting how I look, how miserable my life was, how cruel everyone is, how rude every boy making fun of me (and those who unintentionally said 'Bethari gendut banget' well guys meskipun I looked ok with that, DONT DO IT! dont ever say a girl is fat unless she'll hate you forever deep down!!), tons of other hows. I turn them to hard works and revenge.
And I thank them anyway, for making me who I am (meskipun I am still far from perfect).

Umm, what I'm tryna say is....you know, sometimes it is nice to have your heart broken.
If it is not, then I can say, it is completely okay to have your heart broken.

You may hate, you may cry, you may wanna slap them in the face, or punch them with a chair, or throw them out of your sight for the rest of your life, or worst you may wanna kill them, sneak to their room with a knife and will be so happy to do so. It is okay too. But remember, you have a role in his life. So did they. It's either you come to teach them something or they come to teach you something.
And is it bad? Not at all.

Your heartbreak is what makes you, what empowers you. It applies to the others as well.
In the end, you are young, wild, and free. You have the rights to learn and make mistakes, but remember you have the responsibility to do it the right way too.

Go play around and break hearts. Tease, chase, run, and hide. Change people.
But be prepared to be broken too. Be ready to pick your pieces up and change.


(writing this cos I can slowly connect the dots of the dreams my mind made up these past years. Bahwa sakit hatiku inibeberapa waktu yang lalu membuatku sedikit demi sedikit membuka mataku tentang apa yang benar-benar aku inginkan dalam hidup, sesuatu yang selama ini ada tapi nggak pernah aku sadari atau akui, yang salah satunya adalah mengapa aku dilahirkan di dunia ini)

February 3, 2017

Bumper Cars.

And as much as I wanna be with you, I know
You and me we're bumper cars
The more I try to get to you
The more we crash apart, no
Round and round we chase the sparks
But all that seems to lead to
Is a pile of broken parts

(Bumper Cars, Alex and Sierra)


I saw you today, and it killed me.
I do hope the very best for every leap you take,
I do.

(Some people may end up as
should have been and could have been,
but never was and never will)

February 2, 2017

Menyambut Februari.

Adalah sebuah kebiasaan yang sangat buruk bagi semua manusia di muka bumi di kala euforia tahun baru mulai meredup, semua resolusi yang sudah dibangun dengan semangat meluap-luap akhirnya ikut meletup bersama kembang api... dan memudar seiring waktu.
2017 sudah berlalu tiga puluh satu hari, how is life going?

Have you changed?
Have I changed?

Silahkan dijawab sendiri. Ada yang dengan semangat bilang masih, ada juga yang denial. Aku? Yang kedua, tentunya (kayak perlu ditanya aja).

Kehidupan mulai menunjukkan lika-likunya lagi, saudara-saudara. Praktikum mulai menyerang, sleepless night is coming, pelajaran mulai sulit, kuis mulai menjamur, dan aku belum sepenuhnya siap menerjang badai ini.
KEMANA PERGINYA SEMANGATMU BETH? Katanya belum pernah merasa sebersemangat ini memperbaiki diri....kenapa jadi gini?!?!
Ya...gimana....ngomong doang mah emang gampang :(

Tapi tenang, masih ada sepercik-sepercik semangat tersisa kok di diri ini. Kadang kerasa capek, tapi kalo dipikir lagi mau capek juga nggak berhak karena aku juga belum ngasi perlawanan terbaik terhadap kemalasan ini...... Btw ini gak nyambung, dan tetiba teringat aku udah lama ga telfon Mama, chat doang. Mungkin ini kali ya sebabnya semangat w mulai berkurang...? Ok fix besok aku telfon Mom. Kadang suara ibuk, secempreng apapun, emang powerful buat ngembaliin semangat ya....huf.

BUT, just a little reminder anyway. In case you have already worked THAT hard but find yourself stuck in the same place: We're so concerned about what's not being done and what needs to accomplished we often forget to take back and relax. Taking a rest is not always a bad thing. We're pretty much in a rush that we want all of our goals to happen just now. You know, you've still got months left to pull it off. Be strong, but subtle. Be stubborn, but slow (and sure). You will get there.

And speaking about February..........aka month of love?
Not to mention those controversy whether moslem should not celebrate those kinda things or not, well I don't celebrate. But it's pretty much not because I literally do not find it 'celebrate-able', but......who am I gonna celebrate it with anyway? HAHA.
Aku setuju sih, cinta seharusnya memang nggak perlu dirayakan. If you want to show love, just show it. Any time, any where. You need no particular occasion to do so.
What is it with Feb 14th which makes it very special? Nothing.

TAPI, ya namanya anak kecil.
Mengingat aku adalah anak cupu yang nggak pernah pacaran, ya siapa yang ga klepek-klepek iri kalo ada yang lagi pacaran terus disenengin sama pacarnya bro. Jadi dulu suka bayangin aku disurprise sesuatu gitu sama pacarku pas Valentine terus senyum-senyum sendiri padahal gapunya pacar HAHA MENYEDIHKAN (mau muntah bayanginnya). Seumur hidupku, aku pernah sekali doang pas Februari dan punya pacar (ya iyalah pacarannya sekali doang juga WKWK <-- ngomong2 sendiri ketawa2 sendiri). Tapi...ya gimana doi yang itu ga ada peka-pekanya pacarnya pengen disenengin jadi yaudah....w dikacangin gitu aja. Valentine pertamaku sebagai pacar akhirnya gagal. Tapi gapapa, semoga nanti ada Valentine-Valentine lain dimana w gaperlu kode-kode udah disenengin. Dan ga pas Valentine sih, pokonya siapapun u yang jadi pacar aku harus bersedia menyenangkan hatiku every single minute!!!! (Lah kaya ada yang baca???? Lah kaya ada yang naksir ae sama lu beth HAHA SAD????)

Intinya, post ini isinya sangat sampah dan nirfaedah karena mostly hanya berisi ceritaku yang menjijikkan.
But whoever you are, in anywhere you are, how long the road you take, how much you have accomplished or you have not, how big...or rather small the possibility will be, I am wishing you, and me (obsviously), and him (yes him, #ifyouknowwhatImean) tons of luck for the upcoming challenges we may face tomorrow.

Kalau menurutmu kita udah gagal, maka buat kegagalan itu kegagalan yang terhormat, which means you learn something! Because in the end....kalau nasi sudah jadi bubur, why dont we just make the BEST bubur in town?

We are worth every penny....and second....and bit of love,
so what makes us think we don't have what it takes to be all we've dreamed of?


(Dan dipikir-pikir, quote-nya agak ga nyambung ya)