Been struggling these past 3 days with: IDP. Individual Development Plan.
Baru denger istilah ini waktu workshop pertama XLFL Bandung Batch 5 kemaren. Dipikir istilah biasa aja...tapi ternyata. Jadi gini, Sabtu kemaren aku ikut seminar dari Astra Daihatsu Motor (ADM) gitu terus ternyata yang dimaksud sama banyak orang kalo Astra punya program pengembangan diri juga tuh adalah Astra First cuy. Terus katanya buka pendaftaran April besok FIX DOAIN AKU!!! Nah terus ternyata katanya di Astra First ini nanti salah satunya adalah bikin IDP juga dan dibimbing mentor juga HMMMM sejenis XLFL yha ternyata tapi gapapa ku tetap ingin.
Kalo dari XL penampakannya gini dan sebenernya itu ada berpuluh-puluh halaman beserta guidance cara ngisinya, parameter yang dinilai, cara menentukan prioritasnya, dan tentunya ada plan kita sendiri dong.
Setelah sekian lama ku bertekad untuk bikin IDP dengan nggak mepet deadline, ternyata yha sama aja. Gimana ya, aku punya love-hate relationship sama hal-hal kaya gini. Kalo lagi baru dikasi tau caranya aja kaya langsung semangat gitu eh kalo udah pulang mau ngerjain malesnya masyaAllah :(
Setelah melewati 20 tahun kehidupan, akhirnya ku menemukan bahwa salah satu yang paling susah untuk dibuat, yang selalu ditakutkan oleh orang-orang dewasa itu, adalah: tujuan hidup.
Eng ing eng.
Ternyata, bahwa hanya untuk menentukan arah mana yang akan dituju 20 tahun lagi, 10 tahun lagi, 5 tahun lagi, tahun depan, bulan depan, atau bahkan besok aja, sesusah itu. Itulah kenapa IDP ini ga kelar-kelar, karena I don't even know where to start.
Agak menyedihkan ya, seorang mahasiswa yang jauh-jauh merantau ke institut yang katanya terbaik bangsa, nggak tau mau ngapain di hidupnya. Sigh. That's why growing up is SCARY. Karena meskipun tau mau ngapain tapi nggak tau caranya aja udah menakutkan, apalagi kalo malah gatau mau ngapain. Mo bunuh diri neng?
Sebenernya ku nggak semenyedihkan itu kok tapi. Maksudnya at least aku tau kalo 'Oh suatu saat aku harus jadi ini, aku harus kesini, aku harus melakukan ini, aku akan membuat ini, itu banyak sekali' lalu berakhir nyanyi lagu Doraemon masyaAllah beth jayusmu gak ilang-ilang. Njut, tapi untuk mem-breakdown segalanya jadi terlihat achievable itu ku nggak pernah bisa...........atau nggak pernah berani, lebih tepatnya. Karena semakin itu terlihat real, semakin aku takut kalo aku ngga pernah bisa mencapainya. Lalu akhirnya, seperti biasa, I end up going with the flow instead dengan short-term targets yang nggak selalu tercapai apalagi mengingat banyaknya distraksi sepanjang perjalanan yang bukannya diabaikan malah kadang diikuti.
Menurutku, salah satu yang menarik di hidup ini adalah ketidakpastian ini. Ketidakpastian yang dimana-dimana kita takutkan ini. The higher the risk, the higher the profit. The higher the uncertainty, the higher the excitement. Trade-offnya? Tentunya adalah kematian bagi yang tidak sanggup bertahan. Iya hidup emang kejam.
Tapi ya kita bisa apa. Yang punya nyawa emang kita, tapi yang punya hidup siapa?
Jadi yasudah, disinilah saya kembali. Menatap layar laptop sambil menulis blog meratapi ketidakpastian hidup, bukannya belajar Ergonomi yang besok Rabu ujian.
No comments:
Post a Comment