Aku punya sahabat, we have so much alike. Kita sama-sama baru pacaran serius waktu kuliah tingkat 2, dia September aku November. Eh, putusnya hampir bareng juga. Dia Juni, aku Juli. Sebabnya.....hm, kalo denger-denger dari curhatnya dia sih agak-agak mirip juga.
Bedanya?
Cerita setelah itu.
Cerita setelah itu.
Aku merasa sedikit lebih beruntung karena hubungan ku sama mantanku setelah putus baik-baik aja, which means, kita nggak punya dendam atau sakit hati berkepanjangan (a bit trauma, maybe), meskipun kami nggak ada niatan untuk mencoba lagi juga.
Tapi untuk sahabatku itu, life's a bit difficult. Mereka satu jurusan, dan ya coba bayangin aja kalian satu jurusan sama mantan di prodi yang menjunjung nilai solidarity forever, yang kelasnya sering bareng, yang membuat kalian ketemu hampir tiap hari. Like.....how are you gonna recover? But by difficult, this is not what I mean. Peristiwa putus mereka adalah sebuah cerita yang belum selesai. Yang berakhir entah karena apa dan entah kenapa ke-berakhir-an itu meninggalkan tanda tanya yang meskipun sudah dijelaskan berkali-kali oleh mantannya, tetap menurut sahabatku belum terjawab dengan sempurna.
Tapi untuk sahabatku itu, life's a bit difficult. Mereka satu jurusan, dan ya coba bayangin aja kalian satu jurusan sama mantan di prodi yang menjunjung nilai solidarity forever, yang kelasnya sering bareng, yang membuat kalian ketemu hampir tiap hari. Like.....how are you gonna recover? But by difficult, this is not what I mean. Peristiwa putus mereka adalah sebuah cerita yang belum selesai. Yang berakhir entah karena apa dan entah kenapa ke-berakhir-an itu meninggalkan tanda tanya yang meskipun sudah dijelaskan berkali-kali oleh mantannya, tetap menurut sahabatku belum terjawab dengan sempurna.
I imagine to be like her, with that kind of relationship.
Diakhir dengan alasan yang 'diadakan' dan disudahi dengan kondisi hubungan yang nggak baik. Gosh, aku, yang putus dengan alasan yang sangat jelas aja udah sakit banget. Like, just try to imagine. Ditambah kemungkinan untuk ketemu orang yang sudah menyakiti hatinya itu tiap hari? How are you gonna stop bleeding?
Sahabatku itu, agaknya sama kayak aku. Apa yang dimulai dengan baik, harus diakhiri dengan baik. Tapi mantannya sepertinya kurang bisa menerima ide itu. Jadilah sepanjang liburan di Surabaya kemarin, sahabatku curhat panjang lebar tentang ini. Gimana dia berusaha nyapa duluan tapi mantannya itu malah buang muka dan berbalik badan. Gimana dia berusaha ngajak ngobrol tapi dikacangin. Dan lain lain lain lainnya.
Diakhir dengan alasan yang 'diadakan' dan disudahi dengan kondisi hubungan yang nggak baik. Gosh, aku, yang putus dengan alasan yang sangat jelas aja udah sakit banget. Like, just try to imagine. Ditambah kemungkinan untuk ketemu orang yang sudah menyakiti hatinya itu tiap hari? How are you gonna stop bleeding?
Sahabatku itu, agaknya sama kayak aku. Apa yang dimulai dengan baik, harus diakhiri dengan baik. Tapi mantannya sepertinya kurang bisa menerima ide itu. Jadilah sepanjang liburan di Surabaya kemarin, sahabatku curhat panjang lebar tentang ini. Gimana dia berusaha nyapa duluan tapi mantannya itu malah buang muka dan berbalik badan. Gimana dia berusaha ngajak ngobrol tapi dikacangin. Dan lain lain lain lainnya.
It got me thinking.
How should you act upon an ex?
Bagaimana hakikatnya memeprlakukan seorang mantan? Apakah 'menjaga jarak' atau 'menjaga hubungan baik' yang lebih baik? Lalu seberapa jauh harus menjaga jarak? Atau seberapa dekat harus menjaga hubungan baik?
Intinya, bagaimana hakikatnya kamu memperlakukan orang yang pernah kamu jaga hatinya, kamu doakan keadaannya, kamu bahagiakan harinya, kamu angkat kesedihannya, dengan sepenuh hati pada suatu waktu, di saat seharusnya kamu harus merelakannya?
Apakah ia hanya akan kembali menjadi 'orang lain' atau 'teman'?
***
A paradox may it sounds.
Kadang hidup ini begitu lucu. Gimana orang yang dulu kita ada di pikiran kita 24/7 tiba-tiba sekarang sama sekali ngga terlintas sedikitpun. Gimana orang yang dulu cuma morning greetings sebaris aja bisa bikin mood kita bagus seharian. Gimana orang yang dulu kita sayangi sebesar itu, sekarang cuma kita like lewat social media aja.
Kadang hidup ini begitu lucu. Gimana orang yang dulu kita ada di pikiran kita 24/7 tiba-tiba sekarang sama sekali ngga terlintas sedikitpun. Gimana orang yang dulu cuma morning greetings sebaris aja bisa bikin mood kita bagus seharian. Gimana orang yang dulu kita sayangi sebesar itu, sekarang cuma kita like lewat social media aja.
Kadang suka mikir, kenapa sebegitu dinamisnya hidup ini sampai kita nggak menyadari, rasa yang dulu sedalam itu, sekarang sudah entah kemanA, tanpa kita sadari, and we are slowly becoming another stranger to them.
Here's one cool concept:
Dalam rangka melupakan, kita berusaha menganggap semuanya tidak pernah ada.
Dalam rangka menjaga hubungan baik, kita berusaha menganggap bahwa semuanya pernah ada.
Dalam rangka melupakan, kita berusaha menganggap semuanya tidak pernah ada.
Dalam rangka menjaga hubungan baik, kita berusaha menganggap bahwa semuanya pernah ada.
Guys, isn't it funny to call your ex a stranger?
Stranger.
Which means, a person with whom one has had no personal acquaintance; an outsider, based on a website.
But with a memory.
Stranger.
Which means, a person with whom one has had no personal acquaintance; an outsider, based on a website.
But with a memory.
And has it ever crossed your mind? Bahwa terkadang, kita mati-matian menjaga hubungan 'pertemanan' dengan mantan, hanya untuk menjadi 'orang lain' yang baik untuk mereka. One of the most twisted logic of all time in this life is: we keep being friends with our ex just to be a good stranger to them. Nope? Well, paling tidak, itu untuk aku.
Kadang aku merasa mantan memang layak dilupakan karena cepat atau lambat, we'll be turning to complete strangers to each other. But the other times, aku merasa mantan nggak selayaknya dilupakan. Simply because....we shared the same stories once. Dan diakui atau tidak, mungkin beberapa memori itu nggak akan pernah hilang sekuat apapun kita berusaha menghilangkannya.
***
Aku selalu ingin punya hubungan yang baik-baik saja dengan siapapun, termasuk dengan mantan.
Itulah kenapa aku se-freak itu ngechat Nabil 'Bil, kita harus jadi mantan yang nggak boleh awkward!' dan end up ditegur sama banyak orang dan dibilang 'KAMU NGAPAIN SI BILANG GT'.
Karena.......entah sampai kapan, setidaknya pikiran bahwa mantan memang nggak seharusnya dilupakan itu masih sedikit lebih benar menurutku, sesedikit apapun rasa yang masih ada.
Karena pernah ada suatu masa, dimana doa tentang kebaikan hidupku ia selipkan dalam ibadahnya pada Yang Maha Kuasa, dan bukankah itu terlalu indah untuk diabaikan?
No comments:
Post a Comment