Pages

March 27, 2017

Dosen Bukan Dewa dan Mahasiswa Bukan Kerbau.

In an uber need of someone to rub my back and tell me everything's gonna be alright...........even when it's not.

Sekarang nggak akan ada yg mau sekelompok sama aku.

Kenapa sih hidup ini ngga ada tombol reset atau rewind?
Dan kenapa sih dosen hidup kayak hidupnya yang paling penting?

Kenapa sih kalo mahasiswa telat gaboleh masuk kelas tapi kalo dosen telat bisa seenaknya bilang di WA?
Kenapa sih kalo dosen boleh telfon2an tapi mahasiswa gaboleh buka hp?
Kenapa sih kalo mahasiswa hp-nya bunyi karena lowbat diusir tapi kalo dosen membatalkan kelas M-30 mahasiswa nggak boleh protes unless bersedia nilainya tiba-tiba jelek?
Aku tau mereka berpengalaman tapi apakah dengan begitu membuat hidup mereka jadi lebih berarti dibanding hidup kita?

***

Kenapa sih hidup perkuliahan ini harus kayak gini. Nggak tau apakah aku harus sedih atau kesel tapi boleh nggak aku nangis sebentarrrrr aja.

Kalo aku meninggal mungkin nggak akan ada profesor-profesor yang dateng. Kalo aku meninggal mungkin yang ngelayat nggak akan ngantri lihat jenazahku. Kalo aku meninggal mungjin nggak ada karangan bunga berduka cita yang mampir ke rumahku. Kalo aku meninggal mungkin nggak ada sisa ilmuku yang cukup berguna yang bisa dibagi-bagikan ke orang. Intinya, aku sepenuhnya tau I am just a piece of worthless shit. I'm not pretty I'm not smart, I am nothing. Tapi dosen2 itu tau nggak sih kalo mereka nggak berhak mengklaim hidupku lebih nggak bermakna dibanding hidup mereka hanya karena mereka dosen dan aku mahasiswa, hanya karena mereka pandai dan aku cuma sepersekian dari kepandaian mereka, hanya karena mereka sudah melakukan apa-apa dan aku baru akan melakukan apa-apa.

Pak, Buk, kalo saya bisa membelah diri dan punya uang yang cukup sekarang juga saya bersedia dengan sepenuh jiwa raga saya tanpa dibayar keliling Indonesia ngajar anak-anak di pedalaman sana biar mereka bisa sehebat bapak-ibu sekalian, tapi coba lihat, sekarang siapa yang membuat beban kuliah ini sebegitu rumitnya sampai pada akhirnya hanya akan dua pilihan untuk saya: terjebak di kampus dengan mata kuliah 2 sks rasa 20 sks atau keluar menjelajahi dunia dan track record akademik saya buruk?

Ah, mungkin memang saya yang nggak bisa bagi waktu.
Just me being naive, anyway.

No comments:

Post a Comment