Kesalahan terbesar manusia adalah kita mengira kita punya waktu, padahal bisa saja satu menit, dua menit, satu jam, atau besok kita meninggal. Apa yang digariskan Allah, itulah yang kita jalani.
Kenanganku bersama Kak Rubi nggak banyak. Kita jarang ngobrol di himpunan, aku bukan avanthlete, jarang supporteran, dll. Tapi satu-satunya kenanganku bersama Kak Rubi adalah kenangan yang nggak terlupa. Terakhir kali aku chat tentang KP, dan diantara hectic kulker, Kak Rubi masih bales dengan panjang lebar dan jelas. Sedangkan aku? Seceroboh lupa bilang makasi...dan pasti akan jadi penyesalan terbesarku hingga kepergian kakak.
Kak, if only I could say my deepest deepest thank you....
Kak Rubi, dimanapun kakak berada, sesedikit apapun kenangan kita bersama, aku tau kakak orang baik. Kak, cuma secuil momen itu aja sudah cukup untuk meyakinkanku kalau kakak berhak mendapatkan semua kasih sayang dan perhatian semua teman dan sahabat kakak: panjang antrian di ruang ICU, orang-orang yang rela berdiri berjam-jam menunggu kakak dibawa ambulans, dan semua catatan kecil di rumah kakak tadi.
Aku hanya bisa mendoakan kakak untuk dilancarkan menuju tempat terbaik di sisi-Nya, kak. Maafkan aku yang hanya untuk bilang makasi aja bisa lupa, dan biarkan doaku ini sebagai penggantinya.
Di antara semua doa ini, aku ingin mengucapkan terima kasih. Terima kasih sudah mengingatkan kami bahwa orang sekuat Nadya Rubi Mukti, pada akhirnya akan tetap kalah dengan ketentuan Yang Maha Kuasa. Bahwa orang sebaik Nadya Rubi Mukti, akan secepat ini dipanggil ke sisi-Nya. Dan bahwa momen terakhir kita bersama seseorang, bisa kapan saja.
Apa yang terlihat jauh tapi sedekat nadi? Kematian.
Selamat terbang lebih tinggi, Kak Rubi.
You were loved, and will always be.
You were loved, and will always be.
No comments:
Post a Comment